Jumat 11 Dec 2020 15:40 WIB

Kapolda Metro Bandingkan Kasus Pembunuhan dan Covid-19

Kapolda sebut, kasus pembunuhan orang marah, tapi biasa saja dengan kematian Covid.

Rep: Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran membandingkan respons masyarakat terhadap kasus perampokan disertai pembunuhan dengan kasus kerumunan massa di tengah pandemi Covid-19. Menurutnya, respons masyarakat akan sangat marah dengan kasus pembunuhan, tapi biasa dengan kematian karena Covid-19.

"Respons sosial Anda terhadap kasus ini pasti luar biasa, kasihan melihat berdarah-darah. Sadis, pasti pemberitaannya berseri-seri itu di media, raja tega," ujar Fadil di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (11/12).

Baca Juga

Padahal, antara kasus pembunuhan dengan Covid-19 sama-sama berdampak pada kematian. Bahkan, hingga saat ini, dari awal pandemi Covid-19 sudah ada sekitar 580 ribu nyawa melayang dan di DKI Jakarta sendiri jumlah yang meninggal di angka 1,3 persen. Namun, respons terhadap kasus ini biasa-biasa saja.

"Mortality rate-nya sekitar 1,3 persen. Setiap hari yang meninggal di Jakarta (karena Covid-19) 3-4 orang, bahkan lebih. Apa yang terjadi? Perasaan kita merasa biasa-biasa saja, padahal ini mati ini," ungkap Fadil.

Oleh karena itu, Fadil menegaskan, kerumunan di masa pandemi Covid-19 ini harus ditegakkan hukumnya. Kemudian, jika dibiarkan terus terjadi kerumunan, Fadil mengutip pernyataan Mendagri, sama dengan membiarkan saling membunuh. Maka, pelaku pelanggaran terhadap undang-undang yang menyangkut protokol kesehatan harus ditindak tegas.

"Karena risiko bahayanya begitu besar. Mata rantai penularan Covid-19 masih terjadi. Positifity rate Jakarta hari ini masih di angka 9,5 persen," terangnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement