Jumat 11 Dec 2020 17:07 WIB

UEA Sambut Normalisasi Diplomatik Maroko dengan Israel

Menurut Abu Dhabi, normalisasi itu dapat berkontribusi pada stabilitas kawasan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Bendera negara Maroko.
Foto: EPA
Bendera negara Maroko.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Uni Emirat Arab (UEA) menyambut pengumuman normalisasi diplomatik Maroko dengan Israel. Menurut Abu Dhabi, hal itu dapat berkontribusi pada stabilitas kawasan.

"Langkah ini, langkah berdaulat, berkontribusi untuk memperkuat pencarian bersama kita untuk stabilitas, kemakmuran, dan perdamaian yang adil serta langgeng di kawasan ini," kata Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan melalui akun Twitter pribadinya pada Kamis (10/12).

Baca Juga

Maroko dan Israel telah mencapai kesepakatan normalisasi hubungan pada Kamis. Hal itu diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Seperti sebelumnya, Washington menjadi mediator dalam proses normalisasi tersebut.

"Saya selalu percaya bahwa perdamaian bersejarah ini akan datang. Saya selalu bekerja untuk itu," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sesaat setelah kesepakatan normalisasi dengan Maroko diumumkan.

Dia mengucapkan terima kasih kepada Trump atas peran yang dimainkan pemerintahannya. "Saya juga ingin berterima kasih kepada Raja Maroko, Raja Mohammed keenam, karena telah mengambil keputusan bersejarah ini untuk membawa perdamaian bersejarah di antara kita," ujar Netanyahu.

Kendati telah melakukan normalisasi, Raja Mohammed mengatakan kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas bahwa negaranya tetap berkomitmen dan mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina. Dia menyebut negosiasi adalah satu-satunya cara untuk mencapai solusi akhir.

Maroko adalah negara Muslim keempat yang melakukan normalisasi dengan Israel. Sebelumnya Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), dan Sudan telah terlebih dulu melakukan hal tersebut.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement