Jumat 11 Dec 2020 19:22 WIB

Satgas Covid-19: Penerapan Protokol Kesehatan Mulai Longgar

Berdasarkan data ada kecenderungan penerapan 3M mulai kendur

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Pengendara motor melintas di dekat baliho sosialisasi penggunaan masker untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Pengendara motor melintas di dekat baliho sosialisasi penggunaan masker untuk mencegah penyebaran Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satgas Penanganan Covid-19 meminta masyarakat kembali patuh menjalankan protokol kesehatan. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Reisa Brotoasmoro menyampaikan, ada kecenderungan penerapan protokol kesehatan yang mulai kendur dan longgar di tengah masyarakat. Protokol kesehatan yang dimaksud, terutama penggunaan masker, kebiasaan mencuci tangan, dan penerapan jaga jarak. 

"Berdasarkan data ada kecenderungan penerapan 3M mulai kendur dan bahkan longgar. Akhirnya banyak terjadi penambahan jumlah kasus terutama sejak November hingga pekan pertama Desember," kata Reisa dalam keterangan pers Jumat (11/12). 

Baca Juga

Reisa pun mengingatkan bahwa penerapan protokol kesehatan merupakan tameng utama untuk mencegah penularan Covid-19. Bahkan, ujarnya, bila program vaksinasi mulai berjalan pun, protokol kesehatan tetap menjadi senjata utama untuk mencegah penularan infeksi virus corona. 

"Pelaksanaan 3M dengan benar masih menjadi tantangan sampai saat ini. Maka jangan lagi kita menambah kasus baru. Kasus aktif kita semakin tinggi. Waspada fasilitas di RS bisa kewalahan, tenaga medis bisa kelabakan, dan prestasi kita menyembuhkan pasien akan dipertaruhkan," kata Reisa. 

Reisa juga menyinggung kedatangan vaksin Covid-19 yang diproduksi pabrikan China, Sinovac pada akhir pekan lalu. Sinovac, ujarnya, merupakan salah satu dari enam produsen vaksin yang sudah ditetapkan pemerintah untuk program vaksinasi Covid-19. Kendati sudah tiba di Indonesia, pemerintah memastikan bahwa penggunaan vaksin tetap menunggu hasil akhir uji klinis fase ketiga serta izin edar darurat yang nantinya diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makana (BPOM). 

"Para anggota kabinet juga tegaskan kedatangan vaksin ini penting sebagai salah satu upaya persiapan kegiatan vaksinasi masif. Tempat penyimpanan vaksin yang bersuhu dingin, tenaga vaksinator, dan penerapan teknologi tinggi untuk distribusi vaksin, dipastikan semua siap sebelum vaksinasi dimulai," kata Reisa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement