REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS - Menjelang KTT para pemimpin utama Uni Eropa, kepala NATO pada Kamis mendesak negara-negara Uni Eropa untuk tidak melupakan pentingnya Turki bagi aliansi dan Barat serta mencari "pendekatan positif".
Mengakui ada sebuah perbedaan dan ketidaksepakatan antara sekutu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan saat yang sama pihaknya perlu menyadari pentingnya Turki sebagai bagian dari NATO dan juga sebagai bagian dari keluarga Barat.
“NATO adalah sebuah platform di mana kita juga bisa berdiskusi secara terbuka ketika ada perbedaan, ketidaksepakatan antara sekutu seperti yang kita lihat, misalnya di Mediterania Timur,” kata dia.
“Pada saat yang sama, saya pikir kita semua harus mencari pendekatan positif, cara mengatasi perbedaan,” tambah dia.
Stoltenberg mengatakan kepada wartawan bahwa ketegangan di Mediterania Timur - dalam agenda KTT Uni Eropa - juga dibahas pada pertemuan para menteri pertahanan NATO pekan lalu.
“Tentu saja sekutu telah menyatakan keprihatinan mereka. Pada saat yang sama saya pikir juga semua sekutu menyadari bahwa Turki adalah sekutu penting, karena mereka berbatasan dengan Irak dan Suriah," ujar dia.
Dia mengatakan bahwa Turki menjadi kunci dalam memerangi kelompok teror Daesh/ISIS di Irak dan Suriah, dan menampung jumlah pengungsi terbesar di dunia sementara juga menjadi anggota NATO yang paling menderita akibat serangan teroris.
Stoltenberg juga mengatakan dirinya bekerja untuk memperkuat dan memperluas mekanisme dekonfliksi NATO antara Yunani dan Turki untuk mencegah insiden atau kecelakaan antara dua sekutu NATO.
"Saya juga percaya bahwa melalui pembicaraan teknis di NATO tentang dekonflik, kami juga dapat membantu membuka jalan bagi negosiasi politik, menangani masalah utama yang mendasarinya, sengketa utama," sebut dia.
Di tengah ketegangan baru-baru ini di kawasan itu, Yunani dan Siprus Yunani meningkatkan tekanan mereka pada anggota UE lainnya untuk menjatuhkan sanksi kepada Turki pada pertemuan puncak para pemimpin UE pada Kamis dan Jumat.
Sampai saat ini, presiden masa jabatan UE, Jerman, dan sebagian besar anggota UE enggan mengambil tindakan tersebut.
Turki, yang memiliki garis pantai kontinental terpanjang di Mediterania Timur, menolak klaim batas maritim Yunani dan Siprus Yunani, menekankan bahwa klaim yang berlebihan ini melanggar hak kedaulatan Turki dan Siprus Turki.
Ankara mengirim beberapa kapal bor dalam beberapa bulan terakhir untuk mengeksplorasi sumber daya energi di Mediterania Timur, menegaskan haknya sendiri di wilayah tersebut, serta hak milik Republik Turki Siprus Utara.
Para pemimpin Turki berulang kali menekankan bahwa Ankara mendukung penyelesaian semua masalah yang luar biasa di kawasan itu melalui hukum internasional, hubungan bertetangga yang baik, dialog, dan negosiasi.