Sabtu 12 Dec 2020 04:01 WIB

Tembus 600 Ribu, Epidemiolog: Kegagalan Tekan Penularan

Angka kasus itu sangat tergantung dari jumlah testing per orang, bukan spesimen.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
dr Pandu Riono
Foto: Tangkapan layar TVOne.
dr Pandu Riono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) di Indonesia terus bertambah dan kini total sebanyak 605.243 per Jumat (11/12). Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menilai, penambahan kasus Covid-19 menunjukkan orang yang terinfeksi dan pemerintah gagal menekan penularan virus ini.

"Pemerintah seperti melihat (kasus tembus 600 ribu) bukan sesuatu yang besar dan tidak gawat darurat. Padahal, itu adalah orang yang terinfeksi dan menunjukkan kegagalan," ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat (11/12).

Sayangnya, tidak semua orang paham bahwa penambahan kasus virus ini artinya pemerintah gagal menekan angka penularan virus. Disinggung mengenai spesimen yang diperiksa bertambah sehingga orang yang positif terinfeksi virus ini juga naik, ia menegaskan, testing yang diperiksa sangat kurang.

"Kenapa percaya, testing ketika melihat jumlah penduduk sangat kurang. Angka kasus itu sangat tergantung dari jumlah testing per orang, bukan spesimen tetapi narasinya dibalik oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19," ujarnya.

Menurutnya, pemerintah bisa disebut berprestasi jika bisa menekan kasus harian Civid-19 misalnya hanya lima orang per hari. Namun, faktanya berbeda. Pandu memperkirakan penularan virus ini terus bertambah kedepannya. 

Sebelumnya, kasus harian Covid-19 di Tanah Air hari ini bertambah 6.310 kasus dan total akumulasi tembus rekor 605.243 per Jumat. Sementara itu spesimen yang diperiksa sebanyak 54.072, pasien sembuh bertambah 4.911 dan totalnya menjadi 496.886, kemudian pasien yang meninggal bertanbah 175 dan totalnya menjadi 18.511. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement