Sabtu 12 Dec 2020 17:40 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Natuna Naik Pasca BBM Satu Harga

BBM murah menurunkan ongkos melaut sehingga meningkatkan pendapatan nelayan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Warga membawa jeriken untuk membeli BBM di SPBU modular (ilustrasi). Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau tercatat telah mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi pasca masuknya penyalur BBM Satu Harga.
Foto: Puspa Perwitasari/Antara
Warga membawa jeriken untuk membeli BBM di SPBU modular (ilustrasi). Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau tercatat telah mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi pasca masuknya penyalur BBM Satu Harga.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau tercatat telah mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal itu disebut terjadi pasca masuknya penyalur BBM Satu Harga yang dapat diakses masyarakat lokal untuk kebutuhan usaha.

Bupati Natuna, Abdul Hamid Rizal, menuturkan, Natuna pada 2018 hanya mencatatkan pertumbuhan ekonomi tiga persen. Selang setahun ketika akses BBM dengan harga terjangkau masuk, pertumbuhan naik hampir dua kali lipat menjadi 5,8 persen.

Baca Juga

"Sangat besar dampaknya, mengapa? Karena dengan harga BBM yang murah, nelayan lebih banyak yang melaut dan mendapatkan hasil yang lebih banyak," kata Abdul saat ditemui di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Ampenan, Mataram, NTB, Sabtu (12/12).

Ia mengatakan, masyarakat Natuna sebelumnya harus membeli bahan bakar dari seberang pulau yang memiliki stasiun bahan bakar. Hal itu menyebabkan tambahan biaya logistik yang membuat harga jual solar dan premium jadi mahal.

Premium misalnya, dihargai hingga Rp 15.000 per liter dan solar Rp 9.000 ribu per liter. Padahal, harga pemerintah untuk keduanya masing-masing Rp 6.540 per liter dan Rp 5.150 per liter.

"Ongkos melaut jauh menurun. Dahulu sekali melaut itu bisa habis Rp 200 ribu-Rp 300 ribu, sekarang cukup Rp 50 ribu maksimal Rp 100 ribu. Itu jauh sekali turunnya," kata Abdul.

Menurutnya, dengan ongkos bahan bakar yang menurun, keuntungan yang diperoleh nelayan bisa lebih besar. Hal itu secara langsung turut meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan berdampak pada banyak sektor usaha.

"Itulah yang membuat kesejahteraan masyarakat meningkat, orang berdagang juga meningkat pendapatannya. Saya terima kasih kepada BPH Migas dan Pertamina karena kami menikmati itu," ujarnya menambahkan.

Kini, kata Abdul, Natuna telah memiliki enam SPBU yang tersebar di sejumlah pulau. Ia pun berharap agar penyalur BBM Satu Harga terus dibangun di wilayah-wilayah terpencil khususnya di pulau-pulau yang masyarakatnya kesulitan mendapatkan bahan bakar dengan harga terjangkau.

Kepala BPH Migas, Fanshurullah Asa, mengatakan, BPH kini tengah membuat kajian dampak BBM Satu Harga bersama IPB dan UI. Data yang diperoleh diharapkan bisa menggambarkan korelasi antara pertumbuhan ekonmomi dengan BBM Satu Harga di satu daerah.

"Paling tidak, data dan testimoni manfaat yang dirasakan masyarakat bisa sama dan tentunya bisa signifikan," ujar Fanshurullah.

BPH Migas optimistis, program BBM Satu Harga yang terus ditambah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T). Sebab, masyarakat dipastikan akan lebih mudah dalam mengakses kebutuhan energi dengan harga terjangkau.

"Wilayah 3T bukan lagi menjadi beban penderita negara, tapi menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement