REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VIII DPR RI Bukhori Yusuf mengomentari soal 207 ulama yang meninggal akibat Covid-19. Bukhori meminta agar Kementerian Agama (Kemenag) turun menyikapi hal tersebut.
"Kemenag harus segera turun dan melihat langsung dan memetakan sebab terjangkitnya para kiyai atas covid 19 yang mengakibatkan kematian, dengan mengalokasikan bantuan khusunya bagi keluarga yang telah ditinggal wafat oleh para gury/kiyai tersebut," kata Bukhori kepada Republika.co.id, Ahad (13/12).
Selain itu, ia juga mengimbau agar program mitigasi benar-benar dilaksanakan di pesantren-pesantren. Ia juga tidak menjelaskan secara tegas terkait perlu tidaknya vaksin diprioritaskan untuk ulama dan kyai di pesantren.
Sebab, ia belum mengetahui pasti apakah ulama meninggal tersebut termasuk golongan manula dan rentan atau tidak. "Untuk kali ini tentu harus dipastikan terlebih dahulu keamanan dan kehalalan vaksin sebelum disuntikkan kepada masyarakat termasuk guru dan kyai," ujarnya.
Ia juga berpesan agar para santri dan guru-guru di pesantren tetap patuhi penerapan protokol kesehatan.
Sebelumnya Ketua Umum pimpinan pusat asosiasi pesantren NU atau Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan hingga Selasa (8/11) tercatat sudah ada 207 kiai dan nyai yang wafat dengan dugaan kuat akibat Covid-19. Kasus Covid-19 juga ditemukan di 110 pesantren.
"Karena itu, negara harus hadir secara terpadu untuk mengatasi pandemi Covid-19,“ ujar kyai yang akrab disapa Gus Rozin dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jum'at (11/12) lalu.
Gus Rozin menilai wafatnya para guru di pesantren tersebut menjadi sebuah kehilangan yang sangat besar sekaligus ancaman serius bagi kalangan pesantren dan juga bangsa Indonesia pada umumnya.