REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Selatan (Korsel) melaporkan 1.030 kasus baru infeksi Covid-19, Ahad (13/12) waktu setempat. Angka rekor dua hari berturut ini memberi tekanan pada pihak berwenang untuk lebih memperketat aturan jarak fisik.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDA) mengatakan, 1.002 kasus baru ditularkan secara lokal. Sebagian besar kasus terkait dengan wabah pada pertemuan pribadi, gereja, dan rumah sakit di wilayah Greater Seoul.
Angka baru tersebut membawa beban kasus total Korsel menjadi 42.766 infeksi Covid-19. Sedangkan, tercatat 580 kematian akibat virus yang berasal dari Wuhan, Cina itu.
Korsel, negara Asia Timur dipuji atas keberhasilan sebelumnya dalam mengendalikan Covid-19 tanpa lockdown dengan sangat mengandalkan pelacakan kontak dan pengujian. Namun Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan pengetatan lebih lanjut tentang pembatasan jarak fisik ke tingkat tertinggi negara tidak dapat dihindari jika gelombang infeksi ketiga berlanjut.
Greater Seoul saat ini berada di bawah batasan level 2.5. Kebijakan itu berarti klub malam ditutup dan restoran diizinkan untuk hanya menyediakan pengiriman dan takeout setelah jam 21.00.
Menaikkan pembatasan ke level 3, yang tertinggi dari lima tingkat, akan mengharuskan sekolah untuk beralih ke pembelajaran jarak jauh. Kemudian pemerintah hanya mengizinkan pekerja penting di kantor dan melarang pertemuan lebih dari 10 orang.
Pada Sabtu (12/12) waktu setempat, Korsel melaporkan 950 infeksi baru. Angka ini mendorong Presiden Moon Jae-in untuk memerintahkan mobilisasi polisi, personel militer, dan dokter medis publik untuk mendukung pelacakan kontak dan melacak infeksi.
"Kami akan menganggap ini sebagai situasi darurat dan mengerahkan upaya habis-habisan dalam waktu singkat, menggunakan semua kemampuan pemerintahan yang tersedia," ujarnya dalam unggahan di akun resmi Twitter, dikutip laman Aljazirah, Ahad.
Moon juga memohonkan maaf atas kegagalan pemerintahnya untuk mengatasi wabah meskipun tindakan berbulan-bulan merugikan perekonomian. Dia juga memohon kewaspadaan. Dia mengatakan negaranya tengah g mengalami "krisis terakhir sebelum kedatangan vaksin dan pengobatan".
Pemerintah Korsel telah mengamankan akses ke vaksin untuk 88 persen populasinya, atau 44 juta orang, dengan dosis pertama ditetapkan pada Maret. Gelombang kasus terbaru telah menghidupkan kembali kekhawatiran tentang kekurangan akut tempat tidur rumah sakit.
Pihak berwenang di ibu kota, Seoul, mulai memasang tempat tidur kontainer untuk pertama kalinya. Mereka juga berencana untuk meningkatkan pengujian dengan membuka pusat sementara di 150 lokasi di wilayah Greater Seoul, yang merupakan rumah bagi setengah dari 52 juta orang di negara itu.
Tes antigen dan bentuk tes cepat lainnya berdasarkan sampel air liur juga akan tersedia di tempat yang ditentukan secara gratis. Tes dilakukan terlepas dari apakah orang-orang tersebut bergejala.