REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Israel dan Bhutan mengumumkan pembentukan hubungan diplomatik yang penuh antara kedua negara, Sabtu (12/12) waktu setempat. Kesepakatan ini akan membuka jalan menuju kerja sama lain yang lebih besar.
"Kesepakatan ini akan lebih memperkuat hubungan antara Israel dan kerajaan Asia Selatan," petik pernyataan bersama kedua negara dilansir laman Aljazirah, Ahad (13/12).
Hubungan baru Israel dengan negara Himalaya yang relatif terisolasi ini, nampaknya tidak terkait dengan hubungan yang berkembang di bawah perjanjian yang ditengahi Amerika Serikat (A) dengan negara-negara Arab dan Muslim di timur Tengah dan Afrika. Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan mengatakan, bahwa perjanjian tersebut menyusul beberapa tahun kontak rahasia antara Israel dan Bhutan dengan tujuan membangun hubungan.
"Lingkaran pengakuan Israel tumbuh dan berkembang," kata Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi. "Pembentukan hubungan antara kami dan Kerajaan Bhutan akan menjadi tonggak penting dalam memperdalam hubungan Israel di Asia," ujarnya menambahkan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut baik kesepakatan tersebut. "Itu (kesepakatan) adalah buah tambahan dari perjanjian perdamaian," ujarnya melalui Twitter resminya.
Menurutnya, Israel telah melakukan kontak dengan lebih banyak negara untuk menormalkan hubungan. Upacara penandatanganan diadakan antara duta besar Israel dan Bhutan untuk India, Sabtu. Negara-negara sepakat untuk merumuskan rencana kerja bersama di bidang pengelolaan air, pertanian, perawatan kesehatan, dan bidang lainnya.
Duta Besar Israel untuk India, Ron Malka menyebut perjanjian itu sebagai hari bersejarah bagi negaranya. "Kesepakatan ini akan membuka lebih banyak lagi peluang kerja sama untuk kepentingan kedua bangsa kita," kata Malka di Twitter.
Foto-foto yang diunggah menunjukkan para pejabat dari kedua negara menandatangani dokumen dan berjabat tangan. Pengumuman Sabtu juga datang beberapa hari setelah Maroko setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, negara Arab keempat yang melakukan kesepakatan sejak Agustus.
Kerajaan terpencil Bhutan, negara berpenduduk kurang dari satu juta orang, terjepit di antara tetangga raksasa Cina dan India. Negara ini terkenal dengan indeks Kebahagiaan Nasional Bruto, yang mengacu pada kebahagiaan daripada pertumbuhan ekonomi.
Bhutan telah mencoba untuk melindungi negara sendiri dari sisi negatif globalisasi, berjuang untuk Kebahagiaan Nasional Bruto atas pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), mempertahankan ekonomi negatif karbon, dan menekan jumlah wisatawan dengan biaya harian 250 dolar AS per pengunjung di musim liburan. Meskipun Bhutan bangga dengan kemerdekaan budaya dan politiknya, negara tersebut juga memiliki hubungan diplomatik dengan sekitar 50 negara.