Senin 14 Dec 2020 07:11 WIB

Cara NU-Muhammadiyah Merangkul Generasi Milenial

NU dan Muhammadiyah menggaet para milenial melalui media sosial

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
NU dan Muhammadiyah menggaet para milenial melalui media sosial. Ilustrasi milenial
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
NU dan Muhammadiyah menggaet para milenial melalui media sosial. Ilustrasi milenial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— PBNU memiliki wadah untuk merangkul milenial, baik melalui Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Keluarga Mahasiswa Nadhlatul Ulama (KMNU), Ansor Pemuda NU, Fatayat Pemudi NU, dan lainnya.

Ketua Bidang Dakwah dan Masjid PBNU, KH Abdul Manan Ghani,  mengatakan para Aktivis ini yang menjadi penggerak di kalangan muda mereka yang mendukung kalangan muda membangun jaringan. 

Baca Juga

“Ya peran mereka itu diharapkan maksimal sehingga bisa mewadahi kalangan milenial,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (13/12). Untuk menyukseskan programnya, PBNU menyiapkan trik khusus yang dirumuskan langsung oleh aktivis muda, agar lebih banyak lagi remaja yang tertarik untuk berafiliasi dalam organisasi keagamaan. 

“Kami menyerahkan seluruhnya kepada mereka (aktivis muda) untuk merancang program yang sekiranya dapat menarik kalangan sebaya mereka untuk bergabung,” kata dia. 

Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad mengatakan, selama ini Muhammadiyah telah fokus merangkul generasi muda untuk berafiliasi dalam organisasi keislaman, seperti IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah), IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). 

Selain menyediakan wadah khusus bagi anak muda, Muhammadiyah juga menyesuaikan konten dan media dakwah dengan orientasi milenial yang lebih menggemari kajian secara virtual. "Diharapkan organisasi-organisasi milenial ini bisa memberikan dakwah ke kalangan sebaya mereka, karena ketertarikan dan minat mereka kemungkinan besar sama," ujar Guru Besar Sosiologi Agama pada Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati itu. 

Dia menjelaskan, secara umum Muhammadiyah, karena tahu bahwa milenial itu berada di generasi 4.0 dan 5.0 dimana orientasi mereka lebih mengarah pada dunia virtual dan teknologi, maka muhammadiyah menyediakan dakwah melalui media digital dan media sosial, dengan harapan mereka (milenial) lebih tertarik untuk mempelajari tentang Islam. 

Dalam sebuah penelitian terbaru yang diawasi langsung guru besar UIN Bandung ini terungkap bahwa, 58 persen anak muda lebih suka belajar agama melalui sosial media seperti Youtube atau Instagram. Selain itu, tak banyak anak-anak muda yang mengenal organisasi keagamaan, dan cenderung lebih mengenal pendakwah individual yang aktif di dunia maya. "Maka dari itu Muhammadiyah secara formal sudah menginstruksikan kepada majlis taqlid dan majelis dakwah untuk mengadakan atau menyediakan dakwah secara virtual, bahkan kita membangun Pusat Syiar Digital Muhammadiyah," jelasnya. 

Menurut dia, dakwah bagi milenial juga harus diisi  pendakwah muda, kontennya juga tidak terlalu berat dengan durasi yang cukup singkat sebagaimana karakter media sosial, short message. 

“Kami juga mengemas visualisasi konten dakwah dengan lebih menarik, seperti dengan film pendek, karikatur, atau lainnya," ujarnya menambahkan. 

Mantan Ketua PW Muhammadiyah Jawa Barat ini mengatakan, kontribusi milenial dalam organisasi keislaman sangatlah penting, maka dari itu Muhammadiyah terus mencoba mendorong organisasi otonom milenial untuk aktif menyampaikan informasi dan edukasi kepada kaum sebaya mereka. 

Melalui lembaga pendidikan Muhammadiyah pula, diharapkan bibit-bibit aktivis muda yang religius akan lahir, kata dia. Muhammadiyah  punya 100 lebih universitas di seluruh indonesia, dengan lebih dari 15 ribu sekolah mulai dari SD, SMP, SMA. Hal itu memang bertujuan untuk mencetak generasi milenial yang religius. 

“Jadi diharapkan lulusan lembaga pendidikan muhammadiyah dapat turut aktif dalam keorganisasian muhammadiyah, meskipun kami tidak memaksa, tapi kami harap mereka tertarik untuk berorganisasi," sambungnya.  

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement