Senin 14 Dec 2020 13:28 WIB

Anak Gus Mus Minta Buzzer Berhenti Catut Nama Ayahnya

Pencatutan nama Gus Mus sudah berlangsung selama tiga tahun

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Tangkapan layar tweet Anak dari Ulama Indonesia K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus, Ienas Tsuroiya
Foto: Twitter
Tangkapan layar tweet Anak dari Ulama Indonesia K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus, Ienas Tsuroiya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak dari Ulama Indonesia K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus, Ienas Tsuroiya mengatakan dalam sebuah utas Twitter, bagi para pendukung fanatik Presiden Indonesia Joko Widodo dan para akun buzzer agar tidak mencantumkan nama Gus Mus dalam kampanye melawan Front Pembela Islam (FPI). Tindakan ini kata dia sudah berlangsung selama tiga tahun.

"Dear para pendukung fanatik Pak Jokowi, buzzer atau bukan. Kalau kalian ingin berkampanye melawan FPI, lakukanlah dengan cara yg baik. Jangan mencatut nama Abah saya, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus). Setidaknya sudah tiga tahunan ini kami dibuat repot gara2 ulah kalian. Stop it!" katanya seperti dikutip Republika, Senin (14/12)

Ienas menyebut salah satu akun buzzer adalah Kata Kita. Pada 2018 lalu, akun tersebut mengunggah tulisan orang lain dan penulisnya diganti dengan Gus Mus. “Saya langsung komplain saat itu juga. Sempat ngeles, tapi ketika banyak yang mendukung saya, unggahannya hilang,” kata Ienas dalam akun Twitternya @tsuroiya.

Namun, belakangan ini tulisan tersebut kembali beredar dan masih menggunakan nama dan foto Gus Mus. Dia mengaku beberapa akun tersebut sudah ditegur dan mereka juga sudah mengklarifikasi. Tak berselang beberapa lama, unggahan tersebut tetap bermunculan. Rasa penasaran Ienas mencoba mencari judul tulisan tersebut dan sudah ada dalam unggahan Kata Kita. Tulisan tersebut sudah dibagikan lebih dari 2.500 kali.

Kasus lain, salah satu pendukung Joko Widodo, Iyyas Subiakto membuat tulisan perihal surat terbuka kepada keturunan Arab. Sayangnya, ada oknum tidak bertanggungjawab yang menambahkan nama Gus Mus pada bagian awal surat. Surat tersebut sempat viral. Pihak keluarga Gus Mus mengakui sangat kerepotan saat membantahnya.

“Kasus yang menyangkut “surat terbuka” ini sampai sekarang belum tahu siapa oknum yang menambahi kalimat berisi fitnah itu. Sekarang masih beredar di Whatsapp Group. Berdasarkan pengalaman saya, kalau sudah masuk Whatsapp, akan sulit menghentikan penyebarannya,” ujar dia dalam cuitannya.

Sejak Ahad (13/12) pagi, Ienas menerima beberapa pesan yang menanyakan video rekaman demo FPI karena memuat audio Gus Mus sambil membacakan puisinya berjudul “Allahu Akbar.” Saat ditelusuri, Kata Kita yang mengunggahnya.

Ienas menjelaskan, puisi Gus Mus yang ditulis pada 2005 lalu itu bersifat universal sehingga tidak menyerang satu kelompok tertentu. Sama dengan puisi lain, puisi tersebut mengajak untuk intropeksi diri dan mendakwah secara halus. “Kalau menggabungkan suara beliau dengan video demo FPI, itu namanya mengadu domba,” kata dia.

Dia menegaskan dengan menuliskan utasan ini, dia tidak memihak kepada siapa pun, baik kubu FPI maupun Joko Widodo. Dia hanya resah sebagai masyarakat Indonesia yang menyaksikan sikap beberapa pihak diwarnai dengan kekerasan dengan alasan nahi mungkar.

Menurutnya, nahi mungkar atau memerangi kekerasan harus dilakukan secara makruf atau dengan cara yang baik seperti berlandaskan kasih sayang. Tapi, tidak berdasarkan pada kebencian, terlebih kekerasan.

Dia pun membagi ceritanya yang tidak mengenakan pada 2012 lalu saat menghadiri acara bedah buku yang menghadirkan Irshad Manji di Salihara. Saat diskusi baru dimulai, datang segerombolan massa bersorban putih sambil meneriakkan takbir dan berusaha menjebol pagar depan Salihara. Situasi berubah menjadi mencekam.

Karena penakut dan tak punya nyali kuat untuk bertahan dalam situasi itu, Ienas meminta izin suami lalu kabur melalui pintu belakang. Bersyukur malam itu suami juga pulang dengan selamat. Hingga kini, dia masih merasakan trauma.

“Sampai sekarang saya ketakutan jika bertemu dengan orang-orang berseragam FPI. Wajah-wajah garang itu sangat membekas di benak saya,” ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement