Senin 14 Dec 2020 14:36 WIB

Ridwan Kamil: Separuh Warga Jabar Masih Ragu Vaksin Covid-19

Sebanyak 73,4 persen warga Jabar menghendaki menggunakan vaksin buatan dalam negeri

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Petugas menyemprotkan cairan desinfektan kontainer berisi vaksin COVID-19 setibanya, di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Senin (7/12/2020). Vaksin COVID-19 produksi perusahaan farmasi Sinovac, China tersebut disimpan dalam ruangan pendingin dengan suhu 2-8 derajat celcius, selanjutnya akan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian mutu oleh tim dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bio Farma.
Foto: MUKHLIS JR/ANTARA
Petugas menyemprotkan cairan desinfektan kontainer berisi vaksin COVID-19 setibanya, di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Senin (7/12/2020). Vaksin COVID-19 produksi perusahaan farmasi Sinovac, China tersebut disimpan dalam ruangan pendingin dengan suhu 2-8 derajat celcius, selanjutnya akan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian mutu oleh tim dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bio Farma.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Jumlah warga Jabar yang masih ragu untuk disuntik vaksin Covid-19 masih cukup besar. Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, berdasarkan hasil survey pihaknya, hampir separuh atau 43,8 persen warga Jabar masih belum memutuskan untuk disuntik vaksin Covid-19.

Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya menggelar survey untuk mengetahui pendapat warga dalam menghadapi rencana vaksinasi Covid-19. Hasilnya, sebanyak 93 persen warga Jabar sudah mengetahui rencana vaksinasi Covid-19.

"Ini artinya sosialisasi sudah berjalan baik, kami juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman media," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil dalam konferensi pers Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (14/12).

Emil juga menjelaskan, berdasarkan hasil survei, Warga Jabar yang memutuskan ikut serta dalam vaksinasi juga cukup besar mencapai 47 persen. Sedangkan yang menolak vaksinasi, jumlahnya sangat kecil atau hanya sekitar 9 persen."Yang tidak bersedia hanya 9 persen, sangat kecil. Yang belum memutuskan 43,8 persen dan yang sudah yakin 47,1 persen. Yang belum memutuskan kebanyakan karena ingin mendapatkan informasi yang lebih mendalam sebelum berkeyakinan untuk divaksin," paparnya.

Menurut Emil, berdasarkan hasil survei juga terungkap bahwa dari 100 persen responden, sebanyak 73,4 persen di antaranya menghendaki dirinya divaksin menggunakan vaksin Covid-19 buatan dalam negeri.

"Kita doakan vaksin lancar. Nanti jam 1 saya akan diambil tes darah terakhir di Puskesmas Garuda. Mohon doanya agar menghasilkan kesimpulan antibodi yang berlimpah di atas 90 persen, sehingga (vaksin) bisa dibagikan," katanya.

Emil mengatakan, vaksin Covid-19 yang sudah dibeli oleh pemerintah dan telah tiba di Tanah Air yang jumlahnya mencapai 1,2 juta dosis berbeda dengan vaksin yang telah disuntikkan ke dalam tubuhnya. 

Namun, kata dia, vaksin yang dibeli pemerintah tersebut kini tengah menunggu keputusan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum disuntikkan.

"Itu berbeda dengan vaksin yang dites oleh relawan seperti saya di Biofarma. Yang satu juta sekian akan segera dilaksanakan (disuntikkan), prioritas nakes (tenaga kesehatan), TNI, Polri, profesi rawan dan warga di zona rawan setelah ada keputusan dari BPOM," paparnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement