Senin 14 Dec 2020 14:58 WIB

Turki: Iran Culik Tokoh Oposisi Habib Chaab di Istanbul

Habib Chaab diduga diculik lalu diselundupkan keluar dari Turki menuju Iran.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan Garda Revolusi Iran
Foto: AP
Pasukan Garda Revolusi Iran

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengonfirmasi Iran menculik ketua oposisi pemerintah, Habib Chaab di Istanbul untuk dibawa kembali ke Iran. Hal ini disampaikan pejabat intelijen Turki pada surat kabar Amerika Serikat (AS) Washington Post.

Chaab dikenal sebagai Habib Asyud, seorang aktivis terkenal yang memimpin kelompok aktivis Arab di Iran. Pejabat Turki mengatakan ia diculik di Istanbul lalu dimasukkan ke dalam sebuah truk untuk diselundupkan kembali ke Iran.

Baca Juga

Pada Senin (14/12) Al Arabiya melaporkan intelijen Iran menculik Chaab yang masuk Istanbul pada 9 Oktober lalu untuk bertemu dengan seorang perempuan yang bekerja untuk intelijen Iran bernama Saberin S. Penyidik Turki menemukan Saberin tiba sebelum Chaab dengan menggunakan paspor Iran.

Berdasarkan informasi sebelum Chaab tiba, sejumlah anggota tim penculik membeli kabel plastik di sebuah toko komputer di Istanbul. Saat Chaab mendarat pada sore harinya ia bertemu dengan Saberin di pom bensin di Beylikduzu, Istanbul.

Pejabat intelijen Turki mengatakan, saat tiba di lokasi, Chaab dibius dan kaki dan tangannya diikat. Laporan tersebut mengatakan Chaab yang menjabat sebagai ketua Arab Struggle Movement for the Liberation of Ahvaz (ASMLA) dibawa ke Provinsi Van di timur Turki.

Ia diserahkan ke seseorang dan menyeberangi perbatasan keesokan harinya. Saberin juga pulang ke Iran. ASMLA kelompok separatis yang mengadvokasi kemerdekaan bagi minoritas Arab di Iran. Sebagian besar tinggi di provinsi sebelah barat daya yang kaya minyak tapi diabaikan oleh pemerintah pusat. Mereka juga kerap mengalami diskriminasi dan perlakukan buruk sebagai masyarakat minoritas.

Polisi dan intelijen Turki menangkap 11 orang laki-laki yang semuanya warga negara Turki atas keterlibatan mereka dalam kasus-kasus serupa. Mereka dibawa ke pengadilan dengan dakwaan 'menggunakan senjata, penculikan dan penipuan'.

Washington Post melaporkan penculikan ini juga dilakukan terhadap jurnalis Ruhollah Zam yang baru-baru ini dieksekusi mati. Wartawan yang menginspirasi gelombang unjuk rasa di Iran pada 2017 itu sempat tinggal di Prancis. Namun ia hilang sebelum dieksekusi pada Sabtu (12/12) lalu.

Surat kabar itu juga menyinggung operasi yang sama dilakukan terhadap jurnalis Masoud Molavi Vardanjani di Istanbul pada 2017 lalu. Kantor berita Reuters melaporkan pejabat intelijen Turki mengatakan operasi tersebut diawasi oleh pejabat intelijen yang bekerja di kantor konsulat Iran.

Rekan-rekan Chaab mengatakan pada Washington Post mereka curiga perempuan yang diidentifikasi atas nama Saberin memainkan peran dalam penculikan tersebut. Seseorang yang bernama Kabi mengatakan ia mengenal perempuan itu dengan nama berbeda.

Kabi mengatakan Saberin dan Chaab, yang berpisah dengan istrinya, 'diam-diam menikah' empat tahun lalu. Chaab juga terlilit hutang dan perempuan itu pernah meminjamkan sebesar 100 ribu euro.

Setelah Chaab menghilang, Kabi dan rekan-rekannya yang lain baru tahu perempuan itu menawari Chaab pinjaman lagi. Awalnya mereka berencana bertemu di Qatar. "Kami tidak tahu ia menyakinkannya untuk datang ke Turki," kata Kabi.

Stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan 'pengakuan mantan ketua ASMLA Habib Faraj Allah Chaab tiga pekan usai penangkapannya. Kelompok hak asasi manusia mengecam apa yang mereka sebut sebagai pemaksaan pengakuan terhadap tahanan politik.

Chaab mengaku ia dan rekan-rekannya bekerja untuk badan intelijen negara lain dan menggelar operasi militer serta pengeboman. Ia juga mengaku terlibat dalam serangan parade militer 22 September 2018 di kota Ahwaz. Pada 2018 ASMLA dan ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Beberapa tahun terakhir Iran meningkatkan intervensi mereka dengan membunuh banyak oposisinya di tanah Eropa dan negara-negara lain. Mereka juga menculik oposisi di negara lain termasuk jurnalis Zam dan aktivis  Jamshid Sharmhad. n Lintar Satria

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement