REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Sebuah toko telepon kecil membeli enam ton pasta aluminium. Seorang pedagang pupuk tertarik dengan 78 ton aditif makanan. Sebuah perusahaan Inggris memesan perangkat lunak kontrol gerak dari Amerika Serikat. Tagihan dari seluruh pemesanan ini dibayar perusahaan persewaan mobil mewah di Turki.
Transaksi itulah yang dilakukan ISIS untuk merakit komponen persenjataannya selama bertahun-tahun. Pola ini diungkapkan organisasi Riset Persenjataan Konflik yang berbasis di London dalam studinya.
Studi itu menyebut, ISIS bekerja untuk membangun jaringan pemasok dan teknisi yang menyediakan bagi kelompoknya persenjataan yang luas. Berkat persenjataan ini, ISIS dapat terus memperluas wilayah kontrolnya di Irak dan Suriah mulai 2014.
Menurut penelitian tersebut, wilayah perbatasan di Turki dan Suriah merupakan hubungan utama dalam rantai pasokan ini. Anggota ISIS, biasanya menggunakan identitas palsu, menghubungi perusahaan di daerah tersebut dan memerintahkan komponen yang diperlukan untuk membuat bahan peledak dan senjata lainnya. Penulis penelitian berulang kali menekankan bahwa perusahaan menerima pesanan tanpa mengetahui pelanggan seperti apa yang mereka hadapi.
"ISIS sengaja dibiarkan terbuka, sebagai posisi mundur, wilayah di mana transaksi yang relevan dapat diatur," kata Peter Neumann, profesor Studi Keamanan di King's College London, sebagaimana dikutip dari Deutsche Welle, Senin (14/12).
Fakta bahwa ISIS mampu mempertahankan jaringan pengadaannya selama beberapa tahun terutama karena kelicikan para perantara. Mereka selalu berhati-hati untuk menyembunyikan identitas mereka dan berkomunikasi dengan kontraktor secara eksklusif melalui akun email palsu, situs web pihak ketiga, dan perangkat lunak audio.
Sebagian besar pembayaran dilakukan dengan transfer tunai melalui penyedia yang didirikan secara internasional. Beberapa transfer dilakukan dari belahan dunia yang berbeda ke tempat pesanan ditempatkan. Studi menunjukkan bahwa sejumlah besar senjata dan peralatan militer berasal dari suatu tempat yang sangat berbeda dari tempat yang diduga sebelumnya.
"Awalnya, diasumsikan banyak senjata berasal dari kawasan Teluk, nyatanya, senjata itu dirakit ISIS sendiri," kata Neumann, yang menambahkah, sekarang telah ditetapkan bahwa persediaan yang ditinggalkan tentara Irak dan Suriah, yang dimiliki oleh ISIS adalah sumber senjata lain.