Senin 14 Dec 2020 22:05 WIB

Elektor akan Secara Resmi Tentukan Biden Sebagai Presiden

Senin adalah hari yang ditetapkan oleh hukum AS sebagai pertemuan Electoral College

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Para elektor di seluruh negara bagian Amerika Serikat (AS) dikabarkan melakukan pertemuan untuk secara resmi memutuskan kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, sebagai presiden negara berikutnya, Senin (14/12). Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Para elektor di seluruh negara bagian Amerika Serikat (AS) dikabarkan melakukan pertemuan untuk secara resmi memutuskan kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, sebagai presiden negara berikutnya, Senin (14/12). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Para elektor di seluruh negara bagian Amerika Serikat (AS) dikabarkan melakukan pertemuan untuk secara resmi memutuskan kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, sebagai presiden negara berikutnya, Senin (14/12) waktu setempat. Senin adalah hari yang ditetapkan oleh hukum AS sebagai pertemuan Electoral College.

Para elektor bertemu untuk menyertifikasi atau mengesahkan hasil pemungutan suara dari semua 50 negara bagian AS dan District of Columbia. Hasilnya akan dikirim ke Washington dan dihitung dalam sesi bersama Kongres 6 Januari di mana Wakil Presiden Mike Pence akan memimpin.

Baca Juga

Anggota electoral college yang disebut sebagai elektor ini berjumlah 538 orang. Jumlah perwakilan setiap negara bagian dalam kelompok ini disesuaikan dengan total populasi di negara bagian masing-masing.

Proses pengambilan suara para elektor pada pemilihan presiden kali ini memang telah menarik perhatian lebih dari biasanya. Sebab Presiden Donald Trump telah menolak untuk mengakui pemilihan dan terus membuat tuduhan penipuan yang tidak berdasar.

Meski begitu, Biden tetap berencana untuk berpidato pada Senin malam setelah para elektor memberikan suara. Sementara itu, Trump masih pada klaim salahnya bahwa dia memenangkan pemilihan, hingga merusak kepresidenan Biden bahkan sebelum pemilihan electoral college dimulai.

"Tidak, saya khawatir tentang negara yang memiliki presiden tidak sah, itulah yang saya khawatirkan. Seorang presiden yang kalah dan kalah telak," kata Trump dalam wawancara Fox News yang direkam Sabtu.

Setelah beberapa pekan gugatan hukum Partai Republik, Trump dan sekutu Partai Republik mencoba membujuk Mahkamah Agung untuk menyisihkan 62 suara elektoral untuk Biden di empat negara bagian. Ini memungkinkan hasilnya diragukan.

Namun, para hakim menolak upaya tersebut pada Jumat lalu. Seperti diberitakan oleh banyak media AS, Biden memenangkan 306 suara elektoral berbanding 232 suara untuk Trump. Sedangkan butuh 270 suara elektoral untuk bisa melanggeng ke Gedung Putih.

Di 32 negara bagian dan District of Columbia, undang-undang mewajibkan para elektor untuk memilih pemenang dari suara terbanyak. Mahkamah Agung dengan suara bulat mendukung pengaturan ini pada Juli.

Para elektor hampir selalu memilih pemenang negara bagian karena mereka umumnya setia pada partai politik mereka. Tidak ada alasan untuk mengharapkan pembelotan tahun ini. Di antara pemilih terkemuka adalah dari Partai Demokrat, Stacey Abrams dari Georgia dan Gubernur Republik Kristi Noem dari South Dakota.

Seorang calon presiden AS yang mendapatkan suara terbanyak dari seluruh masyarakat AS belum tentu memenangkan pemilihan presiden. Hal ini dikarenakan adanya peraturan AS bahwa presiden AS tidak dipilih secara langsung oleh masyarakat, melainkan oleh lembaga yang dikenal dengan istilah electoral college itu atau lembaga pemilih.

Setiap negara bagian mendapatkan jumlah elektor yang sama dengan jumlah total kursi mereka di Kongres yakni dua senator ditambah berapa pun jumlah anggota yang dimiliki negara bagian di Dewan Perwakilan Rakyat.

Washington D.C. memiliki tiga suara elektoral, di bawah amandemen konstitusi yang diratifikasi pada 1961. Dengan pengecualian Maine dan Nebraska, negara bagian memberikan semua suara Electoral College kepada pemenang suara populer di negara bagian mereka.

Tawar-menawar yang dilakukan oleh para pendiri negara telah menghasilkan lima pemilihan di mana presiden tidak memenangkan suara terbanyak. Trump adalah contoh terbaru di tahun 2016.

Biden menduduki puncak Trump dengan lebih dari tujuh juta suara tahun ini. Lalu ada satu langkah lagi yakni pelantikan.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement