Selasa 15 Dec 2020 15:27 WIB

Mahfud: Ada yang Mengganggu Harmoni, Sedikit Mengkhawatirkan

Menurut Mahfud, Islam yang dianut di Indonesia merupakan Islam wasathiah.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Menko Polhukam Mahfud MD.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Menko Polhukam Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, mengaku merasakan adanya hal-hal yang mengganggu keharmonisan bangsa pada saat-saat ini. Namun, dia tak menjelaskan lebih lanjut hal apa saja yang mengganggu keharmonisan bangsa itu.

“Sekarang memang sudah ada hal-hal yang agak mengganggu harmoni kita, dan mulai sedikit mengkhawatirkan,” saat menjadi pembicara kunci webinar bertajuk "Mewujudkan Harmoni Dalam Kebhinekaan: Masalah dan Solusinya, oleh LIPI, Selasa (15/12).

Baca Juga

Mahfud mengatakan, Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan budaya memiliki jumlah ummat muslim yang terbesar, hingga mencapai angka 235 juta orang. Meski begitu, kehidupan beragama dan bernegara masyarakatnya berjalan dengan rukun dan harmonis. Menurut dia, itu karena Islam yang dianut di Indonesia itu merupakan Islam wasathiah atau Islam jalan tengah.

"Apa yang sebabkan kita rukun, karena konsep utama Islam yang kita anut itu wasathiah, Islam jalan tengah," kata mantan ketua Mahkamah Konstitusi itu.

Islam jalan tengah itu berada di antara Islam radikal dan Islam liberal. Dia menjelaskan, Islam radikal cara pandangnya tekstual. Sementara Islam liberal peimikirannya berubah-ubah sesuai dengan tuntutan kebebasan yang dipunyai pemeluknya, misal seperti tak mempermasalahkan ketaatan ibadah selama orang itu berlaku baik.

"Yang radikal itu pokoknya tekstual harus begini, harus begini, harus begini. Tapi ada yang liberal, Islam ya Islam, kalau orangnya baik ndak usah sholat, pemikirannya berubah-ubah sesuai dengan tuntutan kebebasan," jelas dia.

Islam jalan tengahlah yang kemudian membuat kehidupan bangsa ini harmonis. Dengan itu, toleransi dan pluralisme dibangun serta ditegakkan menjadi pedoman hidup. Pedoman yang melihat keberbedaan itu diciptakan oleh yang maha kuasa dan dengan perbedaan itu setiap orangnya ingin bersatu.

"Di situ kita ingin bersatu dalam keberbedaan itu, bukan berperang dan bermusuhan karena perbedaan itu ciptaan Tuhan," jelas dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement