REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pembangunan toilet di 488 titik sekolah di Kabupaten Bekasi menuai polemik. Sebab, anggarannya dinilai terlalu tinggi yakni sebesar Rp 98 miliar atau Rp 198.550.000 per sekolah.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja, menegaskan kalau tujuan pembangunan toilet tersebut dilakukan sebagai upaya menekan penyebaran Covid-19 di sekolah-sekolah.
“Itu tujuannya dalam rangka menghadapi pembelajaran tatap muka termasuk sanitasi, WC, tempat cuci tangan terus juga dan yang lainnya. Sengaja kita anggarkan untuk (sekolah) tatap muka,” kata dia kepada wartawan di SD Karang Rahardja, Cikarang Utara, Selasa (15/12).
Eka menjelaskan, salah satu program pemerintah daerah pada 2020 adalah membangun fasilitas di sekolah yang tidak layak. Pembangunan toilet, kata dia, berkaitan dengan protokol kesehatan.
“Ini berkaitan dengan cuci tangan. Kita jangan lihat toiletnya saja, nanti silahkan rincinya ke dinas teknis. Intinya, dalam rangka covid, tidak boleh kita mengganggu aktivitas belajar,” kata dia.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id di lokasi, toilet yang dibangun di SD Karang Rahardja, Cikarang Utara terdiri dari tiga buah kloset. Dua pintu di antaranya digunakan sebagai tempat buang air besar, kemudian satu pintu yang lain merupakan toilet dengan dua kloset laki-laki.
Di sisi luar toilet, ada tiga keran yang dapat digunakan sebagai tempat wudhu. Serta, dilengkapi dua buah westafel.