REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Turki pada Senin dengan tegas menolak sanksi baru yang diberikan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap negara itu atas pembelian misil pertahanan dari Rusia.
"Kami mengutuk dan menolak keputusan untuk menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Turki seperti yang diumumkan oleh AS dalam akuisisi Turki atas sistem pertahanan udara S-400," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
"Semua sudah mengetahui kondisi yang memaksa Turki untuk memperoleh sistem S-400. Presiden [Donald] Trump sendiri telah mengakui dalam banyak kasus bahwa akuisisi Turki memiliki sisi benar," ungkap kementerian tersebut, merujuk pada upaya Turki yang berulang kali ditolak untuk membeli rudal Patriot AS.
Klaim AS bahwa sistem S-400 akan membahayakan sistem NATO tidak berdasar, kata otoritas Turki, seraya menambahkan bahwa negara itu telah berulang kali mengusulkan penanganan masalah itu secara obyektif, realistis, dan tidak bias secara politik melalui partisipasi NATO.
"Tindakan AS untuk menjatuhkan sanksi sepihak, dengan menolak proposal kami untuk menyelesaikan masalah ini melalui dialog dan diplomasi sesuai prinsip dua sekutu sama sekali tidak masuk akal," tambah mereka.
"Turki akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan keputusan ini, yang akan berdampak negatif terhadap hubungan kami dan akan membalas dengan cara dan waktu yang tepat. Turki tidak akan pernah menahan diri dari mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga keamanan nasionalnya," tekan negara itu.
Turki mendesak AS untuk mempertimbangkan kembali keputusan sanksi yang tidak adil dan menghindar untuk membuat kesalahan.
Sebelumnya pada Senin, Presiden Recep Tayyip Erdogan menanggapi soal retorika yang meningkat tentang sanksi dari AS dan UE, dan menyebutnya "tak dapat diterima".
"Kami mengharapkan dukungan dari sekutu NATO kami, AS, dalam perang kami melawan kelompok teroris dan elemen-elemen yang merusak wilayah kami, bukan sanksi," kata Erdogan setelah pertemuan Kabinet di ibu kota Ankara.
Akuisisi Turki atas sistem pertahanan udara S-400 Rusia yang canggih mendorong AS untuk menghapus Turki dari program F-35 pada Juli 2019. AS mengklaim sistem tersebut dapat digunakan oleh Rusia secara diam-diam untuk mendapatkan informasi rahasia pada jet tersebut dan tidak sesuai dengan sistem NATO.
Turki pun membantah bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi tersebut, dan mengusulkan komite untuk memeriksa masalah tersebut. Negara itu juga mengatakan pihaknya membeli sistem Rusia setelah AS selama bertahun-tahun menolak upayanya untuk membeli rudal Patriot AS.