Rabu 16 Dec 2020 03:46 WIB

Indonesia Punya Target Ambisius Tahan Perubahan Iklim

Menteri LHK mengatakan Indonesia punya target ambisius tahan perubahan iklim.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyampaikan sambutan saat acara Anugerah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) 2020 di Jakarta, Senin (14/12). PT Adaro Indonesia kembali meraih penghargaan PROPER Emas yang ketiga kalinya dalam bidang pengelolaan lingkungan. Beberapa inovasi yang dilakukan Adaro seperti membangun fasilitas biodiesel, PLTU ultra-super critical, pembangkit listrik energi terbarukan dan berpartisipasi dalam proyek pengolahan air di seluruh Indonesia. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyampaikan sambutan saat acara Anugerah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) 2020 di Jakarta, Senin (14/12). PT Adaro Indonesia kembali meraih penghargaan PROPER Emas yang ketiga kalinya dalam bidang pengelolaan lingkungan. Beberapa inovasi yang dilakukan Adaro seperti membangun fasilitas biodiesel, PLTU ultra-super critical, pembangkit listrik energi terbarukan dan berpartisipasi dalam proyek pengolahan air di seluruh Indonesia. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan, Indonesia punya target  ambisius untuk menahan laju perubahan iklim dengan penurunan emisi  0.834  hingga 1.081  giga ton. Sumber emisi itu berasal  dari kehutanan, pertanian, energi, industri dan transportasi serta limbah, dengan proporsi terbesar di  sektor kehutanan dan energi. 

Siti Nurbaya mengatakan, target penurunan emisi ini sangat penting,  dan perlu kerja keras semua pihak, termasuk dunia industri. Ia mengatakan dari aspek energi dan industri  juga sangat penting. 

Baca Juga

Indikasi penurunan industri dari segala jenis industri  dalam analisis Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) 2020  hingga penurunan 131 juta ton karbon merupakan indikasi yang penting dan akan didalami  bersama-sama sektornya yang terkait.  Sumber itu dari 972 usaha agroindustrk, 584 usaha industri manufaktur prasarana jasa dan 482 usaha pertambangan  energi dan migas. 

"Saya ingin semakin memperjelas posisi Indoensia dalam ambisi menurunkan emisi karbon," tegasnya dalam keterangan tertulis, Selasa (15/12).

Sebelumnya, ketika memberikan sambutan pemberian penghargan Proper 2020 KLHK, di Kementerian LHK, Senin (14/12), Menteri Siti mengungapkan, selama 23 tahun, Indonesia memiliki sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan hasil-hasil analisis yang terukur. Terutama sebagai contoh misalnya dalam kaitan elemen emisi GRK. 

Program dari Wolrd Bank, FCPF  di Kaltim telah menghasikan  prestasi penurunan emisi  22 Juta ton GRK dan telah dinilai RBP nya mencapai 110 Juta USD. Dibandingkan dengan hasil emisi GRK selama 2020, kata Siti Nurbaya, dari upaya dunia usaha sebanyak 131 Juta ton, maka bisa  dilihat  bahwa emisi dari dunia usaha  sangat penting dan berpotensi besar. Tentu teknik dan metode penghitungan ini akan divalidasi sesuai standard yang telah dikonsultasikan dan disetujui Sekretariat UNFCCC. 

"Dengan demikian, kekokohan posisi Indonesia dalam menjawab isu global tersebut akan terlihat jelas, dan mudah dikomunikasikan ke dunia internasional. Kita lawan itu antek asing yang melemahkan Indonesia dalam upaya-upaya pengendalian perubahan iklim," tegasnya Siti Nurbaya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement