REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir menginginkan pelaku usaha ultramikro, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mendapatkan bunga pinjaman atau pembiayaan yang lebih murah. "Salah satunya yang ditekankan di sini adalah bunga, jangan sampai pelaku usaha kecil mendapatkan bunga pinjaman yang mahal, sementara pengusaha besar mendapatkan bunga kredit yang murah," katanya dalam seminar daring di Jakarta, Rabu (16/12).
Menurut dia, hal itu dikarenakan struktur keuangannya. Ia mencontohkan PNM menerbitkan untuk kebutuhan pemberian dana pinjaman, yang mungkin bunganya sembilan persen. Namun, Bank BRI dengan pasar yang besar bunga pinjamannya tiga persen.
"Hal ini tentu kita ingin juga memastikan Bank BRI yang besar juga bisa membantu PNM untuk supaya bisa memfasilitasi pelaku usaha kecil mendapatkan bunga atau sistem bagi hasil yang jauh lebih baik. Jangan seperti bandul yang berat atau condong kepada pengusaha-pengusaha besar, namun pelaku usaha kecil justru mendapatkan pembiayaan atau pinjaman yang lebih mahal," katanya.
Menteri BUMN berupaya menggabungkan satu data ultramikro dan UMKM dengan upaya agar pengusaha UMKM bisa naik kelas.
"Pelaku usaha ultramikro yang tadinya unbankable kemudian bisa naik kelas menjadi bankable. Pelaku usaha kecil yang sebelumnya hanya mendapatkan pinjaman Rp 2 juta kemudian bisa naik kelas dengan mendapatkan pinjaman Rp 50 juta," katanya.
Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan tujuan konsolidasi Bank BRI, PT Permodalan Nasional Madani (PNM), dan PT Pegadaian, adalah untuk mendorong pelaku UMKM naik kelas.
Nantinya, terlihat pelaku UMKM yang unbankablesaat ini pinjamannya mencapai Rp 2 juta sampai dengan Rp 10 juta. Kemudian, kalau pinjaman Rp 20 juta sampai dengan Rp 30 juta itu dibantu oleh Pegadaian, katanya, dan kalau pelaku UMKM tersebut sudah bisa melakukan pinjaman Rp 50 juta, maka Bank BRI yang masuk.
Erick Thohir mengatakan keberpihakan terhadap pelaku UMKM ini tidak hanya lips service, sehingga harus dijalankan, terutama dalam kondisi Covid-19.