Rabu 16 Dec 2020 13:12 WIB

Hoaks Tentang Vaksin Bisa Hambat Imunisasi Umat Muslim

Banyak Muslim yang percaya vaksin Covid-19 mengandung gelatin babi yang diharamkan.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Botol vaksin COVID-19 Pfizer yang menerima otorisasi penggunaan darurat terlihat di Rumah Sakit Universitas George Washington, di Washington, DC, AS, 14 Desember 2020.
Foto: EPA-EFE/Jacquelyn Martin
Botol vaksin COVID-19 Pfizer yang menerima otorisasi penggunaan darurat terlihat di Rumah Sakit Universitas George Washington, di Washington, DC, AS, 14 Desember 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketidakpercayaan terhadap vaksin adalah masalah yang berkembang di komunitas Muslim. Hal ini karena banyak Muslim yang percaya vaksin Covid-19 mengandung gelatin babi yang diharamkan.

Menanggapi masalah ini, saat peluncuran vaksin Pfizer / BioNTeck Covid-19, seorang dokter Muslim mengaku prihatin atas klaim bahwa vaksin baru biasanya akan mencakup bahan-bahan hewani.

"Kami membayar harga untuk itu sekarang karena orang mengatakan 'Oh, vaksin memiliki gelatin'. Sebenarnya mereka hanya tidak tertarik untuk mendengarkan kami,” kata British Islamic Medical Association (BIMA), Salman Waqar dilansir dari About Islam, Selasa (15/12).

Dr. Waqar yang bekerja sebagai dokter umum di Berkshire dan peneliti akademis di Universitas Oxford, menegaskan bahwa vaksin baru tidak mengandung produk hewani. Kekhawatiran tentang vaksin tidak terbatas pada komunitas Muslim.  Beberapa hari terakhir ini ia melihat peningkatan kesalahan informasi yang dibagikan secara online termasuk seputar penggunaan sel janin yang diaborsi.

“Ada hal-hal biasa yang ada dalam semangat anti-vaksin, tetapi juga menyasar bagian-bagian tertentu yang secara khusus memicu komunitas Muslim,” kata Dr. Waqar.

Dia menambahkan bahwa orang-orang terpercaya di kalangan Muslim termasuk imam dan profesional medis Muslim, harus berbagi pesan yang mendorong agar umat muslim mau divaksin. BIMA telah mengeluarkan pernyataan yang mendorong individu yang berisiko tertular Covid-19 untuk mengambil vaksin.  Pernyataan posisi BIMA mengikuti konsultasi dengan profesional perawatan kesehatan Muslim, ulama Islam, dan badan perwakilan dari seluruh Inggris.

Dewan Muslim Inggris (MCB) juga telah bekerja untuk memerangi disinformasi Covid-19. “Potensi media sosial dalam konteks penyebaran informasi yang salah dan mitos merupakan faktor yang mempengaruhi Muslim dan komunitas lain secara nasional,” kata juru bicara MCB.

“Ada ayat yang sangat berguna dari Alquran yang telah kami gunakan dalam brosur tentang berita palsu, yang mendesak umat Islam untuk menyelidiki informasi yang diterima. Agar Anda tidak menyakiti orang karena ketidaktahuan dan menjadi, atas apa yang telah Anda lakukan, menyesal. Kami mengaitkan keyakinan dan ajaran kami sebagai Muslim dengan tantangan umum yang kami hadapi saat ini, seperti menjadi korban berita palsu dan menyebarkannya," jelasnya.

Di tingkat lain, para sarjana dari beberapa seminari Islam paling berpengaruh di Inggris telah mengeluarkan fatwa yang mengatakan bahwa vaksin Pfizer BioNTech Covid-19 yang baru adalah halal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement