Rabu 16 Dec 2020 16:24 WIB

Laporan: Partai Komunis China Susupi Perusahaan Besar Dunia

Mereka susupi perusahaan, bank, media, universitas, dan badan pemerintah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Komite Sentral yang bertugas menunjuk anggota Politbiro Partai Komunis Cina.
Foto: AP/Greg Baker
Komite Sentral yang bertugas menunjuk anggota Politbiro Partai Komunis Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Media-media Australia mengaku memiliki data yang membuktikan dua juta anggota Partai Komunis Cina (CCP) menyusup ke sejumlah organisasi besar. Mereka menyusup ke perusahaan, bank, media, universitas dan badan pemerintah di seluruh dunia.

Pada Rabu (16/12) Business Insider melaporkan surat kabar The Australian memiliki data bocor yang memuat nama dua juta anggota CCP, posisi mereka di partai tersebut, tanggal lahir, nomor identitas dan etnisitas. Perusahaan raksasa seperti Boeing dan Volkswagen termasuk organisasi yang disusupi.

Baca Juga

Begitu pula dengan perusahaan farmasi seperti Pfizer dan AstraZeneca dan bank seperti ANZ dan HSBC. Dokumen tersebut menyebutkan 600 orang yang bekerja di HSBC dan Standard Chartered adalah anggota CCP. "Diyakini ini pertama kalinya data semacam ini bocor di dunia," kata jurnalis The Australian dan pembawa acara Sky News, Sharri Markson.

"Apa yang luar biasa dari data ini tidak hanya mengekspos orang-orang yang menjadi anggota Partai Komunis, dan siapa yang tinggal dan bekerja di seluruh dunia, mulai dari Australia hingga Amerika Serikat dan Inggris, tapi yang luar biasa karena ini mengungkapkan bagaimana partai ini beroperasi di bawah kepemimpinan Ketua Partai dan Presiden Xi Jinping," kata Markson.

Laporan itu mengatakan sekitar 79 ribu cabang CCP didirikan di dalam perusahaan-perusahaan Barat. Anggotanya bila diminta langsung bertanggung jawab pada Partai Komunis dan Presiden Xi Jinping.

"Ini juga akan mempermalukan sejumlah perusahaan global yang tampaknya tidak memiliki rencana untuk melindungi kekayaan intelektual mereka dari pencuri, dari spionase ekonomi," tambah Markson.

Data tersebut dilaporkan diekstrak dari sebuah server di Shanghai pada 2016 lalu oleh seorang pembangkang China yang menggunakannya untuk kontra intelijen. Data itu bocor ke kelompok bipartisan internasional, Inter-Parliamentary Alliance on China.

Data itu alu dikirimkan ke konsorsium empat perusahaan besar yang terdiri dari The Australia, Mail dari Inggris, De Standaard dari Belgia dan ke seorang editor di Swedia. The Australian tidak menyebutkan nama anggota CCP hanya perusahaan tempat mereka bekerja.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement