REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu menyumbangkan plasma darahnya ke organisasi kemanusiaan Turkish Red Crescent (Kizilay), Rabu (16/12) waktu setempat. Sebelumnya, Soylu sempat terinfeksi Covid-19, tetapi telah sembuh bulan lalu.
Soylu bergabung dengan semakin banyak pasien Covid-19 yang pulih yang ingin berkontribusi pada terapi pelengkap bagi orang lain yang terinfeksi. Terapi plasma Soylu berkontribusi untuk membantu pasien Covid-19 jika tidak ada vaksin.
Itu memberikan imunisasi pasif dengan plasma kaya antibodi, meskipun berumur pendek dan membutuhkan dosis berulang. Hanya pasien virus corona yang pulih yang dapat menyumbangkan plasma. Pihak Kizilay kemudian mengawasi sumbangan plasma di seluruh negeri.
Badan amal tersebut, yang juga menyelenggarakan kegiatan donor darah, telah berulang kali meminta masyarakat untuk menyumbang. Namun, banyak yang menyatakan keprihatinan tentang menyumbang selama pandemi yang sedang berlangsung. Kizilay terus meyakinkan masyarakat bahwa donasi aman dan diadakan di lingkungan yang terlindungi dari kemungkinan infeksi virus corona.
"Ini adalah salah satu metode terapi yang paling dibutuhkan pasien kami pada saat wabah. Ini memiliki tempat penting di antara perawatan untuk virus corona. Saya yakin setiap sumbangan berarti dalam perjuangan melawan virus," kata Soylu kepada wartawan setelah menyumbangkan plasma, seperti dikutip laman Daily Sabah, Rabu (16/12).
Turki mulai menggunakan plasma darah dalam pengobatan virus corona pada April, satu bulan setelah kasus pertama dilaporkan di negara itu. Ribuan pasien mengantre untuk menerima sumbangan, tetapi plasma dari setiap pasien dibatasi untuk perawatan enam pasien.
Jumlah tersebut meningkat menjadi 16 pasien dengan jumlah donasi yang meningkat. Setelah menyumbangkan plasmanya, Soylu kemudian menceritakan perjuangannya melawan virus. Dia juga memberikan nasihat tentang perlindungan diri dari virus corona.
"Saya pikir saya tersingkir ketika saya dites positif. Ini adalah penyakit di mana jalan menuju pemulihan memiliki banyak tikungan. Anda pikir Anda lebih baik tetapi kemudian, jalan itu tiba-tiba berbelok," katanya.
Menteri mengatakan, bahwa meremehkan penyakit dan wabah itu lebih berbahaya daripada pandemi itu sendiri. "Ini memiliki efek yang berbeda pada orang yang berbeda. Kadang-kadang, Anda melihat orang sehat sempurna terkena pukulan keras," katanya.
Melanjutkan analogi tinju, menteri mengatakan virus itu seperti petinju yang mengetahui semua titik lemah lawannya dan menyerang mereka. Dia mengimbau bahwa setiap dari penduduk di dunia jangan pernah meremehkannya dan jangan pula melepaskan kewaspadaan.
'Kita tidak boleh mengabaikan tindakan yang disarankan oleh para profesional perawatan kesehatan dan jangan pernah bertindak sembarangan. Ini adalah penyakit yang dapat Anda alami dengan sedikit efek (pada tubuh Anda) atau dengan sangat menderita," ujarnya.