REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dr Sabeel Ahmed merupakan seorang dai asal Chicago yang aktif menjadikan media sosial sebagai tempat mensyiarkan Islam. Saluran Youtube yang dikelolanya dilanggani tak kurang dari 175 ribu orang. Video yang diunggahnya rata-rata ditonton ratusan ribu kali.
Bagaimanapun, keaktifannya tak hanya di dunia maya. Ia memimpin Gain Peace Project, yang berfokus pada penyelenggaraan kampanye dan dialog untuk memperkenalkan Islam kepada rakyat Amerika. Beberapa aksi yang rutin dilakukan Gain Peace adalah memasang iklan berisikan pesan-pesan Islami di baliho-baliho atau badan bus. Selain itu, gerakan ini beriklan melalui siaran televisi, radio, dan media cetak.
Terkait ini, ia menuturkan suatu pengalaman menarik yang terjadi pada dirinya beberapa tahun lalu. Waktu itu ia terlibat langsung dalam proyek dakwah di Chicago. Ia dan rekan-rekannya memasang stan di pinggir jalan, dekat halte bus. Kemudian, seorang perempuan kulit putih mendatangi Sabeel dan kawan-kawan. Wanita itu mengatakan, dirinya sudah melihat iklan Gain Peace Project dan mengaku senang dengan pesan yang ditampilkan di sana.
“Kami pun mengobrol dengannya selama satu setengah jam. Perempuan Kaukasian kulit putih ini mengaku setuju dengan pandangan Islam bahwa hanya ada satu Tuhan. Lantas, ia bertanya, 'Bagaimana cara nya aku menjadi Muslim?' Alhamdulillah, kami membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat di lokasi,” tutur Dr Sabeel Ahmed dalam acara bincang-bincang bersama Imam Shamsi Ali, seperti dilansir dari Facebook live Imam Shamsi Ali, beberapa waktu lalu, sebagaimana dikutip dari dokumentasi Harian Republika.
Beberapa bulan kemudian, Sabeel mendapatkan informasi bahwa ibunda perempuan itu kaget begitu tahu anaknya memeluk Islam. Bahkan, ibunya itu sampai datang ke Chicago untuk memaksa putrinya agar kembali pada agama lamanya.
“Namun, begitu ia datang dan menemui langsung putrinya itu, bertemu dengan tim kami, ia menyadari betapa Islam telah mengubah putrinya itu menjadi pribadi yang lebih baik,” ujar Sabeel.
Ya, perempuan mualaf itu diketahui sudah memiliki anak-anak. Sejak ia menjadi Muslim, ibundanya merasa putrinya itu lebih sopan dalam memperlakukan dirinya. Begitu pula dengan anaknya. Mereka pun makin baik dalam bersikap terhadap neneknya. Dalam acara yang sama, Imam Shamsi Ali juga menceritakan pengalamannya.
Tak lama setelah peristiwa 9/11, Presiden Nusantara Foundation itu menjadi pembicara dalam forum dialog di New York City. Tiba-tiba seorang pemuda kulit putih nan bertubuh kekar masuk dan berteriak, mencaci maki Nabi Muhammad SAW. Imam Shamsi mengenang, waktu itu ia sempat ingin marah.
Namun, seketika ia sadar, pada momen inilah ia harus menunjukkan akhlak yang baik, sebagaimana contoh dari Rasulullah SAW sendiri. Maka, Imam Shamsi hanya meminta hadirin untuk tetap tenang dan acara pun berlanjut hingga usai.
Sesudah acara, Imam Shamsi mencoba untuk mendekati si pemuda tadi dan mengajaknya bersalaman. Sepekan kemudian, ia datang lagi sehingga Imam Shamsi memintanya untuk belajar tentang Islam.
“Singkat cerita, saya kemudian mendapatkan kabar bahwa dia sudah memeluk Islam setelah mempelajari Islam enam bulan lamanya. Alhamdulillah, dari yang tadinya membenci Islam menjadi cinta terhadap Islam,” ujar mubaligh asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, itu.