Kamis 17 Dec 2020 07:17 WIB

Gelombang Pertama Vaksin Covid-19 Tiba di Arab Saudi

Gelombang pertama pengiriman vaksin Pfizer-BioNTech telah tiba di Arab Saudi

Rep: Mabruroh/ Red: Christiyaningsih
Botol vaksin COVID-19 Pfizer yang menerima otorisasi penggunaan darurat terlihat di Rumah Sakit Universitas George Washington, di Washington, DC, AS, 14 Desember 2020.
Foto: EPA-EFE/Jacquelyn Martin
Botol vaksin COVID-19 Pfizer yang menerima otorisasi penggunaan darurat terlihat di Rumah Sakit Universitas George Washington, di Washington, DC, AS, 14 Desember 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Menteri Kesehatan Saudi Dr. Tawfiq Al-Rabiah mengatakan gelombang pertama pengiriman vaksin Pfizer-BioNTech telah tiba di Arab Saudi pada Rabu (16/12) kemarin. Vaksin ini diharapkan dapat mengakhiri wabah Covid-19.

Menurut Al-Rabiah, vaksin akan didistribusikan selama tiga hari ke depan secara gratis. Saat ini, sudah lebih dari 150 ribu orang telah mendaftar secara online untuk mendapatkan vaksin tersebut

Baca Juga

“Ini akan tersedia gratis untuk semua orang, tapi kami akan memprioritaskan mereka yang membutuhkan,” katanya dilansir Arab News, Kamis (17/12).

Menurut Al-Rabiah, vaksin pada gelombang pertama ini akan diperioritaskan kepada mereka yang berusia di atas 65 tahun. Golongan ini dinilai lebih rentan terhadap infeksi parah dan kematian dibandingkan yang lain. Vaksin juga diprioritaskan kepada mereka yang memiliki penyakit kronis, pasien rumah sakit, dan praktisi kesehatan saat bekerja menangani infeksi.

Al-Rabiah mengatakan Arab Saudi telah berhasil menangani pandemi sejak awal virus ini menyebar ke luar dari China. “Kami menyaksikan perlombaan internasional pada peralatan medis pada tahap awal pandemi, tetapi Arab Saudi menempatkan kesehatan manusia di atas segalanya dan meningkatkan jumlah tempat tidur perawatan intensif hingga 60 persen dalam tiga bulan,” ungkapnya.

Lebanon akan menandatangani kesepakatan pekan ini untuk mengamankan 1,5 juta dosis vaksin Pfizer setelah melakukan pembayaran awal sebesar empat juta dolar AS. Mereka mengharapkan untuk menerima gelombang pertama dalam delapan pekan.

Lonjakan infeksi membebani sistem perawatan kesehatan Lebanon di tengah krisis keuangan dan setelah ledakan besar di pelabuhan Beirut pada Agustus lalu yang menghancurkan banyak rumah termasuk rumah sakit. Keruntuhan ekonomi juga telah mendorong banyak dokter untuk beremigrasi dan meningkatkan kekhawatiran bahwa subsidi obat-obatan akan dicabut.

Lebanon juga telah mendaftar untuk bergabung dengan COVAX, skema global yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia untuk menyediakan vaksin ke negara-negara miskin.

Menteri Kesehatan sementara Lebanon, Hamad Hassan mendesak badan-badan PBB dan organisasi non-pemerintah untuk membantu mengamankan lebih banyak vaksin untuk Lebanon, di mana jumlah pengungsi setidaknya seperempat dari populasi.

"Melindungi semua komunitas yang tinggal di Lebanon ... harus menjadi bagian dari rencana yang sama," katanya.

Di AS, suntikan memasuki hari ketiga pada Rabu. Vaksin disisihkan untuk pekerja medis garis depan dan penghuni serta staf panti jompo. Lebih dari 137 ribu orang di Inggris telah menerima dosis pertama vaksin Pfizer dalam sepekan sejak inokulasi dimulai.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement