Kamis 17 Dec 2020 11:30 WIB

Bank Dunia Pangkas Lagi Proyeksi Ekonomi Indonesia

Ekonomi Indonesia diproyeksi kontraksi 2,5 persen pada 2020.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Bank Dunia menyebutkan, penyebaran virus Covid-19 yang masih tinggi hingga menyebabkan shock kepada output industri akan memperlambat laju pemulihan ekonomi Indonesia tahun ini dan tahun depan. Dalam laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) December 2020, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,5 persen pada 2020 dan positif 3,1 persen pada 2021.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Bank Dunia menyebutkan, penyebaran virus Covid-19 yang masih tinggi hingga menyebabkan shock kepada output industri akan memperlambat laju pemulihan ekonomi Indonesia tahun ini dan tahun depan. Dalam laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) December 2020, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,5 persen pada 2020 dan positif 3,1 persen pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia menyebutkan, penyebaran virus Covid-19 yang masih tinggi hingga menyebabkan shock kepada output industri akan memperlambat laju pemulihan ekonomi Indonesia tahun ini dan tahun depan. Dalam laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) December 2020, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,5 persen pada 2020 dan positif 3,1 persen pada 2021. 

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan proyeksi yang dikeluarkan pada September, yakni minus 1,6 persen pada 2020 dan 4,7 persen pada tahun depan.

Baca Juga

"Ini akibat diperketatnya pembatasan mobilitas di Indonesia dan melemahnya pertumbuhan dan harga-harga komoditas di tingkat global," tutur Plt Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ralph van Doorn dalam Launching Virtual IEP December 2020, Kamis (17/12).

Dalam skenario yang modest, Bank Dunia memperkirakan, ekonomi Indonesia mampu tumbuh negatif 2,2 persen pada 2020, tetap lebih buruk dibandingkan perkiraan tiga bulan lalu. Sementara itu, tahun depan, ekonomi mampu terakselerasi ke level 4,4 persen.

Pertumbuhan tahun depan secara umum didorong oleh pemulihan konsumsi swasta. Perkiraan ini juga mengasumsikan, kepercayaan konsumen yang meningkat dan pendapatan rumah tangga membaik akibat pasar tenaga kerja yang lebih baik dan bantuan sosial memadai.

Didorong konsumsi dan investasi yang lebih kuat, pertumbuhan akan menguat 4,8 persen pada 2022 seiring peningkatan kepercayaan. Syaratnya, vaksinasi berjalan dengan efektif dan aman tersedia bagi sebagian besar populasi.

Tapi, jika penyebaran virus belum dapat diperbaiki signifikan, ekonomi hanya akan tumbuh 3,8 persen. Skenario buruk terjadi di tengah pengetatan mobilitas dan pembatasan sosial yang berat di Indonesia.

Bank Dunia menekankan, kinerja pertumbuhan jangka menengah Indonesia sangat bergantung pada penanggulangan potensi dampak negatif krisis terhadap investasi, produktivitas dan modal manusia. Ini membutuhkan perbaikan efektivitas respon krisis dan reformasi struktural untuk mengangkat potensi pertumbuhan.

Karena itu, Bank Dunia menyebutkan, rekomendasi fokus ke depan bagi Indonesia adalah pada penguatan dan percepatan pemulihan. Prioritas utama adalah untuk menghindari kemunduran akibat perkembangan buruk terkait pandemi.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Satu Kahkonen menjelaskan, kesehatan publik menjadi salah satu kunci utama untuk pemulihan ekonomi Indonesia yang cepat dan aman. "Kemampuan untuk melakukan test dan contact tracing menjadi penting di tengah pandemi," ujarnya.

Satu juga menekankan pentingnya mendorong masyarakat untuk mau melakukan vaksinasi. Sebab, pemberian vaksin akan membantu menekan penyebaran virus Covid-19 yang berimbas terhadap aktivitas perekonomian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement