REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Oposisi pemerintah Somalia mengaku sudah mengirimkan surat ke Turki untuk meminta negara itu tidak mengirimkan senjata ke pasukan khusus polisi Somalia. Sebab dikhawatirkan senjata itu dipakai oleh Presiden Mohammed Abdullahi Mohammed untuk 'membajak' pemilihan yang akan datang.
Alarabiya, Kamis (17/2), melaporkan para oposisi pemerintah mengirimkan surat ke duta besar Turki di Somalia. Dalam surat itu oposisi pemerintah Somalia mengatakan mereka mengetahui Turki akan mengirimkan 1.000 senapan laras panjang G3 dan 150 ribu peluru pasukan khusus polisi, Harma'ad pada 16 dan 18 Desember. Ketua Partai Wadajir, Abdirahman Abdishakur Warsame mengkonfirmasi kebenaran
"(Presiden) sudah menggunakan pasukan Harma'ad untuk koersi dan kecurangan dalam pemilihan daerah dan tidak diragukan pasukan Harma'ad yang sama dan senjata dari Turki akan digunakan untuk membajak pemilihan yang akan datang," kata para kandidat di surat tersebut.
Ketegangan politik di negara Tanduk Afrika itu dipicu kemarahan warga terhadap penundaan pemilihan parlemen. Pemungutan suara harusnya digelar pada awal bulan ini tapi tertunda setelah terjadi perselisihan mengenai komposisi dewan komisi pemilihan umum.
Pada Selasa (15/12) pendukung oposisi menggelar unjuk rasa di ibu kota Mogadishu untuk mengecam keputusan Abdullahi menunda pemilihan parlemen.
Abdirahman menjadi salah satu kandidat anggota Parlemen yang turut menulis surat itu. Para kandidat anggota Parlemen menulis mereka 'khawatir mengenai jumlah senjata yang begitu banyak, membanjiri negara di saat masa pemilihan yang sensitif'.
Pemerintah Turki belum memberikan komentar mengenai hal ini. Turki memberikan pelatihan pada unit polisi. Surat tersebut mendesak Ankara untuk menunda mengirimkan senjata dan amunisi sampai pemilihan yang tertunda digelar.
Menteri Informasi Somalia Osman Abukar Dube belum menjawab permintaan komentar. Dalam beberapa tahun terakhir Presiden Turki Tayyip Erdogan menjadi sekutu dekat Somalia.
Turki membangun sekolah-sekolah, rumah sakit dan infrastruktur serta memberikan beasiswa pada warga Somalia untuk belajar di Turki. Pada tahun 2017, Turki mendirikan pangkalan militer terbesar mereka di luar negeri di Mogadishu.