Kamis 17 Dec 2020 17:49 WIB

UNHCR-Human Initiative Galang Dana untuk Pengungsi

Selama bertahun-tahun, tradisi kemanusiaan Indonesia sangat baik menyambut pengungsi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agus Yulianto
Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) dan Human Initiative melakukan penandatanganan nota kesepahaman untuk program penggalangan dana penyintas dunia.
Foto: Istimewa
Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) dan Human Initiative melakukan penandatanganan nota kesepahaman untuk program penggalangan dana penyintas dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) dan Human Initiative melakukan penandatanganan nota kesepahaman untuk program penggalangan dana penyintas dunia. Agenda penandatanganan tersebut digelar secara virtual pada Kamis (17/12).

Presiden Human Initiative, Tomy Hendrajati menyampaikan, pihaknya menaruh perhatian terhadap isu pengungsi ini. Lembaganya dalam beberapa tahun ini telah memberikan berbagai bantuan kepada para pengungsi di beberapa wilayah baik dalam dan luar negeri.

"Untuk itu, kami sangat senang dapat berkolaborasi bersama UNHCR. Kami berharap, dengan adanya kolaborasi ini, kita bersama dapat bekerja maksimal untuk membantu para pengungsi. Kita ciptakan perlindungan dan solusi kehidupan yang lebih baik bagi mereka," ujar Tomy.

Dia menambahkan, sebetulnya kolaborasi ini bukan hal baru, melainkan merupakan kelanjutan kolaborasi yang telah dijalin. Lewat kolaborasi ini, penggunaan media sosial akan lebih masif agar penggalangan kepedulian masyarakat Indonesia bisa berjalan dengan baik.

photo
Pengungsi etnis Rohingya antre mengambil distribusi bantuan Hygiene Kit di tempat penampungan sementara BLK Desa Kandang, Lhokseumawe, Aceh. Human Initiative memberikan bantuan berupa 391 paket Hygiene Kit dan 23 unit lemari pakaian untuk pengungsi rohingya di Aceh. - (RAHMAD/ANTARA FOTO)

"Dengan dukungan media, ini akan mendorong masyarakat Indonesia mendukung kolaborasi yang baik ini, tidak hanya sekadar memberikan bantuan tetapi mengedukasi bagaimana cara yang baik membantu pengungsi," katanya.

Sementara itu, perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Maymann, merasa senang dapat memulai perjalanan baru yang menjanjikan ini bersama Human Initiative. Dia berharap, melalui kolaborasi ini, solusi yang lebih komprehensif dapat ditemukan sebagai bagian dari tujuan UNHCR untuk memperkuat perlindungan pengungsi dan menemukan solusi jangka panjang.

"Tahun depan, pandemi Covid-19 kemungkinan masih akan menjadi tantangan kita semua. Meski kami berharap kondisi itu akan membaik dengan adanya vaksin, banyak pengungsi yang sudah rentan akan terus terkena dampak pandemi," tambahnya.

Selama bertahun-tahun, tradisi kemanusiaan Indonesia sangat baik menyambut pengungsi di Tanah Air. Berdasarkan data UNHCR, hingga November 2020, terdapat 13.747 pengungsi dan pencari suaka yang terdaftar dari sekitar 40 negara di badan pengungsi PBB. Mereka tinggal di beberapa kota di Indonesia seperti Aceh, Medan Tanjung Pinang, Pekanbaru, Jabodetabek, Surabaya, Balikpapan, Medan, Manado, Kupang dan lokasi lainnya.

Pengungsi adalah orang yang terpaksa mengungsi dari negara asalnya karena ketakutan yang beralasan. Misalnya tindakan penganiayaan yang disebabkan masalah ras, agama, kebangsaan, keanggotaan dalam kelompok sosial, berada di luar dari negara kebangsaannya dan tidak menginginkan perlindungan dari Negara tersebut.

Mereka, para pengungsi, mencari keselamatan dan perlindungan internasional di negara-negara suaka seperti Indonesia atau di negara tujuan lainnya. Saat ini dunia telah menyaksikan krisis pengungsi terburuk sepanjang sejarah dengan 79,5 juta orang mengungsi secara paksa, dan 26 juta orang.

Di antaranya telah melarikan diri melintasi perbatasan negara. Karena terbatasnya peluang solusi jangka panjang dan berlarut-larutnya konflik bersenjata di seluruh dunia, jumlah pengungsi diperkirakan akan terus meningkat di masa mendatang.

Perubahan iklim yang memburuk juga akan memaksa orang untuk meninggalkan tempat asalnya untuk mencari keselamatan dan mata pencaharian yang lebih baik. Secara global, sekitar 60 persen pengungsi berasal dari negara Islam. Atas dasar ini, UNHCR telah menginisiasi filantropi Islam sejak 2013 dan inisiatif tersebut berkembang pesat secara global.

Masalah pengungsi tidak bisa ditangani sendiri oleh UNHCR. Diperlu kerja sama dengan banyak pihak seperti pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat setempat, tokoh masyarakat, swasta, lembaga kemanusiaan, dan masyarakat pada umumnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement