REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Divisi Komunikasi dan Gerakan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar, Eric Wiradipoetra menyampaikan, perlambatan ekonomi di Jawa Barat melatarbelakangi lahirnya Gerakan Silih Tulungan yang digagas Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar. Ia berharap, Gerakan Silih Tulungan dapat berjalan dengan komprehensif, terukur, inovatif, dan kolaboratif.
"Silih tulungan adalah praktik egalitarian karena kata silih menyiratkan kesetaraan. Setiap manusia dikodratkan saling membutuhkan, menolong, dan ditolong, memberi, dan menerima pemberian. Semangat inilah yang ingin kami bentuk," ujar Eric dalam siaran persnya, Kamis (17/12).
Roda ekonomi tersendat akibat pandemi Covid-19. Jawa Barat (Jabar) pun ikut terdampak. Pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi Jabar terkontraksi sangat dalam, di angka minus 5,98 persen secara year on year (yoy).
Pada kuartal III, kegiatan ekonomi akhirnya dibuka secara perlahan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Kebijakan tersebut membuat ekonomi Jabar pada kuartal III 2020 terhadap kuartal sebelumnya meningkat sebesar 3,37 persen (qtq).
Namun, dilihat dalam analisis tahunan (yoy), ekonomi Jabar pada kuartal III 2020 tetap mengalami kontraksi pertumbuhan yaitu minus 4,08 persen. Perlambatan ekonomi Jabar pada kuartal II 2020 dan kuartal III 2020 terjadi karena hampir seluruh sektor unggulan di Jabar terkontraksi.
Konsumsi rumah tangga pun, menurun drastis seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat. Karena, banyak perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Lesunya kegiatan ekonomi berdampak pada roda produksi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Banyak pelaku UMKM berhenti beroperasi untuk sementara waktu. Padahal, UMKM menjadi salah satu sektor paling krusial dalam perekonomian Jabar.