REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Dunia menyebutkan, tanpa respon bantuan sosial (bansos), sebanyak 8,5 juta penduduk Indonesia dapat terjerumus kemiskinan tahun ini akibat krisis Covid-19. Oleh karena itu, cakupan kecukupan dan daya tanggap paket perlindungan sosial perlu terus dipantau dan diperbaiki guna melindungi kelompok terbawah.
Dalam laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) December 2020, Bank Dunia menjelaskan, berbagai simulasi menunjukkan, respons bansos pemerintah yang cukup besar berpotensi meredam dampak kemiskinan akibat krisis tahun ini. Tapi, efektivitas yang lebih baik penting untuk mewujudkan dampak maksimal dari respon bansos.
"Paket bansos pemerintah dapat meredam dampak ini secara signifikan jika dilaksanakan sepenuhnya dan ditargetkan sempurna," ujar Plt Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ralph van Doorn dalam Launching Virtual IEP December 2020, Kamis (17/12).
Tapi, berbagai penundaan dan kesulitan di awal dalam menjangkau kelompok-kelompok terdampak kemungkinan telah mengurangi dampak paket bansos dimaksud. Khususnya untuk pekerja di sektor informal.
Berbagai temuan juga menyoroti, banyak orang yang awalnya tidak tercakup sistem bansos kemungkinan telah jatuh ke dalam kemiskinan. Terutama mereka yang kehilangan pekerjaan atau yang bekerja di sektor-sektor jasa dengan kontak intensif yang terdampak berat.
Bank Dunia menyebutkan, kehilangan pendapatan yang terjadi dapat memperberat tantangan keterjangkauan pangan dan keamanan pangan. Khususnya, antara kelompok miskin yang mengalokasikan porsi cukup besar dari belanja mereka untuk pangan.
"Karena itu, cakupan, kecukupan dan daya tanggap paket bantuan sosial akan perlu terus dipantau dan diperbaiki untuk melindungi warga yang miskin dan rentan," tulis Bank Dunia.
Pangkas proyeksi
Secara makro, Bank Dunia menilai, penyebaran virus Covid-19 yang masih tinggi hingga menyebabkan shock kepada output industri akan memperlambat laju pemulihan ekonomi Indonesia tahun ini dan tahun depan.
Dalam IEP December 2020, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,5 persen pada 2020 dan positif 3,1 persen pada 2021. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan proyeksi yang dikeluarkan pada September, yakni minus 1,6 persen pada 2020 dan 4,7 persen pada tahun depan.
"Ini akibat diperketatnya pembatasan mobilitas di Indonesia dan melemahnya pertumbuhan dan harga-harga komoditas di tingkat global," kata Doorn.
Dalam skenario yang modest, Bank Dunia memperkirakan, ekonomi Indonesia mampu tumbuh negatif 2,2 persen pada 2020, tetap lebih buruk dibandingkan perkiraan tiga bulan lalu. Sementara itu, tahun depan, ekonomi mampu terakselerasi ke level 4,4 persen.
Pertumbuhan tahun depan secara umum didorong oleh pemulihan konsumsi swasta. Perkiraan ini juga mengasumsikan, kepercayaan konsumen yang meningkat dan pendapatan rumah tangga membaik akibat pasar tenaga kerja yang lebih baik dan bantuan sosial memadai.