REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi terhadap perusahaan yang berbasis di China dan Uni Emirat Arab (UEA), Rabu (16/12) waktu setempat. AS menuduh perusahaan di kedua negara tersebut mendukung penjualan petrokimia Iran.
Dalam sebuah pernyataan, Departemen Keuangan AS mengatakan, pihaknya telah memasukkan empat entitas ke daftar hitam karena memfasilitasi ekspor produk petrokimia Iran oleh Triliance Petrochemical Co. Ltd. Perusahaan itu pada awal tahun ini terkena sanksi oleh Washington.
"Amerika Serikat akan bertindak terhadap orang-orang yang mendukung aktor terlarang yang terlibat dalam pergerakan penjualan minyak dan petrokimia Iran," kata Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam pernyataan itu seperti dikutip laman Middle East Monitor, Kamis (17/12).
Langkah sanksi baru AS terjadi pada Donghai International Ship Management Ltd yang berbasis di Cina, Petrochem South East Limited yang berbasis di China, Alpha Tech Trading FZE yang berbasis di UEA dan Petroliance Trading FZE yang berbasis di UEA. Perusahaan-perusahaan tersebut memberikan dukungan kepada Triliance Petrochemical Co Ltd.
Pada Januari, Washington memasukkan daftar hitam Triliance Petrochemical Co Ltd yang berbasis di Hong Kong dan tiga perusahaan petrokimia dan perminyakan lainnya yang menurut Departemen Keuangan secara kolektif mentransfer nilai ekspor senilai ratusan juta dolar dari National Iranian Oil Company. Sanksi AS pada Rabu (16/12) membekukan aset perusahaan AS mana pun dan umumnya melarang orang Amerika untuk berurusan dengan mereka.
"Lembaga keuangan asing yang dengan sengaja memfasilitasi transaksi bagi mereka yang masuk daftar hitam juga berisiko terkena sanksi," kata Departemen Keuangan AS.
Selain itu, yang juga menjadi sasaran dalam langkah AS adalah Perusahaan Transportasi Gas dan Bahan Kimia Vietnam atas hubungannya dengan transaksi signifikan untuk pengangkutan produk minyak bumi dari Iran. Pemerintahan Trump telah menjatuhkan sanksi hampir setiap hari selama beberapa pekan terakhir, yang banyak ditargetkan ke Iran. Para analis mengatakan sanksi yang menekan Teheran tampaknya dirancang untuk mempersulit jalan Presiden terpilih Joe Biden untuk merundingkan kembali kesepakatan nuklir dengan Iran.
AS tengah meningkatkan tekanan pada Iran di akhir masa jabatan Presiden AS Donald Trump. Ketegangan antara Washington dan Teheran juga telah meningkat sejak Trump meninggalkan kesepakatan nuklir Iran 2015 oleh Presiden Barack Obama. Sejak itu, AS memulihkan sanksi keras untuk menekan Teheran agar merundingkan pembatasan yang lebih dalam pada program nuklirnya, pengembangan rudal balistik dan dukungan untuk pasukan proksi regional.
Presiden terpilih Joe Biden, yang akan menjabat pada 20 Januari, mengatakan dia akan mengembalikan AS ke kesepakatan era Obama jika Iran melanjutkan kepatuhan. Presiden Iran Hassan Rouhani pun yakin pemerintahan AS yang akan datang, pimpinan Joe Biden akan mengembalikan AS pada kesepakatan nuklir bersama dengan lima negara lain dan dapat mencabut sanksi AS terhadap Iran.