Kamis 17 Dec 2020 18:58 WIB

Peternak: Harga Ayam Mulai Sentuh Rp 19 Ribu per Kg

Harga jual ayam di tingkat peternak sempat jatuh karena pasokan berlebih.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Peternak memilih ayam pedaging siap panen sebelum dijual ke pasar. ilustrasi
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Peternak memilih ayam pedaging siap panen sebelum dijual ke pasar. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Singgih Januratmoko, menyatakan, perkembangan harga ayam hidup siap potong atau livebird di tingkat peternak mulai mengalami perbaikan. Hal itu seiring adanya langkah pemerintah yang memangkas produksi lewat perusahaan pembibit dalam beberapa bulan terakhir.

"Harga ayam mulai membaik, sekarang sudah Rp 19 ribu per kilogram atau menyentuh harga batas bawah yang diatur pemerintah," kata Singgih dalam diskusi virtual Mengembalikan Kejayaan Perunggasan Nasional yang digelar Kompas, Kamis (17/12).

Baca Juga

Ia mengatakan, keinginan peternak selama ini tidak banyak, yakni bisa mendapatkan keuntungan dari setiap produksinya. Menurut dia, meski produksi yang dihasilkan dalam volume kecil, yang terpenting bisa memperoleh keuntungan. Itu lantaran situasi perunggasan rakyat dua tahun terakhir yang terus mengalami kerugian.

Singgih menegaskan, penyebab utama dari jatuhnya harga yakni oversuplai yang berkepanjangan sejak kuartal IV 2018 hingga Oktober 2020. Salah satu pemicu over suplai itu yakni impor ayam galur murni (grand parent stock/GPS) yang sangat berlebih di tahun 2018.

Saat itu, impornya mencapai 743.827 ekor, jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Pasca 2018, impor GPS kemudian menurun yakni menjadi 735.500 ekor tahun 2019 dan 650.000 ekor tahun 2020.

Selain itu, Singgih mengatakan, rendahnya permintaan akibat pandemi Covid-19 secara nyata mengurangi penjualan. "Harga menjadi rendah di bawah biaya produksi, dampaknya peternak rugi dan bangkrut bahkan ada yang berhenti beternak," ujarnya.

Salah satu peternak mandiri di Malang, Jawa Timur, Kholik, mengatakan, kebijakan pemangkasan produksi memang memberatkan perusahaan pembibit yang terlanjur berinvestasi. Namun, ia mengatakan, perusahaan saat ini tetap bisa mengambil keuntungan yang besar lantaran naiknya harga biaya sarana produksi.

Seperti misalnya, harga bibit ayam atau day old chicken (DOC) yang semula dihargai Rp 1.500 - Rp 3.000 per ekor kini menjadi Rp 6.000 - Rp 7.000 per ekor. "Perusahaan sudah mengantongi uang banyak dari penjualan itu, dan yang perlu diingat adalah jutaan peternak rakyat," ujarnya.

Ia pun meminta kepada Kementerian Pertanian untuk kembali melanjutkan upaya pemangkasan produksi ayam periode Januari-Maret 2021. Pasalnya diprediksi akan kembali terjadi ledakan populasi ayam sehingga perlu diantisipasi sejak dini agar peternak tetap dapat menikmati keuntungan. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement