Kamis 17 Dec 2020 19:19 WIB

Pembatasan Jateng akan Berdampak ke Wisata Yogya

Wisatawan Jateng merupakan kunjungan terbesar ke destinasi di Yogya.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Indira Rezkisari
Wisatawan mencuci tangan sebelum memasuki kawasan Malioboro di Yogyakarta, Senin (14/12/2020). Pemerintah Kota Yogyakarta menambahkan 34 instalasi cuci tangan dengan empat kran setiap instalasi yang tersebar di sejumlah titik jalur pedestrian Malioboro guna menekan penularan COVID-19 menjelang liburan akhir tahun 2020.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Wisatawan mencuci tangan sebelum memasuki kawasan Malioboro di Yogyakarta, Senin (14/12/2020). Pemerintah Kota Yogyakarta menambahkan 34 instalasi cuci tangan dengan empat kran setiap instalasi yang tersebar di sejumlah titik jalur pedestrian Malioboro guna menekan penularan COVID-19 menjelang liburan akhir tahun 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepada Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, mengatakan pintu masuk wisatawan menuju DIY dapat berkurang pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2021. Alasannya adalah pembatasan yang dilakukan oleh Pemerintah Jawa Tengah (Jateng).

"Kalau Jateng melakukan pembatasan, maka pintu masuk ke DIY sebetulnya juga terkurangi dengan filter Jateng. Karena sebelah utara DIY itu Bawen, Jateng. Solo dan Klaten itu juga Jateng dari arah timur," kata Singgih dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Republika secara virtual dengan tema Jelang Liburan Akhir Tahun di Tengah Pandemi, Kamis (17/12).

Baca Juga

Singgih menyebut, wisatawan Jateng merupakan kunjungan terbesar ke destinasi di DIY. Dengan adanya pengetatan pembatasan tersebut dimungkinkan berdampak terhadap kunjungan wisatawan ke DIY.

Selain Jateng, Jatim, Jabar dan DKI Jakarta juga menyumbang kunjungan wisatawan yang cukup besar ke DIY. "Ini akan terbentengi secara otomatis oleh Jateng, walaupun Yogya tidak menerapkan pembatasan itu," ujarnya.  

DIY tidak menerapkan pengetatan pembatasan kunjungan seperti yang dilakukan Jateng, Bali dan DKI Jakarta. Namun, pembatasan dilakukan dengan menerapkan 50 persen dari kapasitas destinasi wisata yang ada, termasuk hotel dan resto.

Pihaknya mengoptimalkan aplikasi Visiting Yogya untuk mengontrol manajemen pengunjung. Wisatawan juga dapat melihat kapasitas dari destinasi wisata yang sudah terisi dari aplikasi tersebut.

"Misalnya kapasitas normal di Tebing Breksi 1.000 (pengunjung di hari normal), tapi yang bisa dijual tiketnya (di masa pandemi) hanya 500 tiket. Kalau sudah sampai pada kapasitasnya, mesin kasirnya tidak bisa menjual tiket lagi. Jadi wisatawan pilihannya bisa mengalihkan ke destinasi lain," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement