Jumat 18 Dec 2020 10:23 WIB

Bahaya Anemia Bagi Ibu Hamil dan Anak

Anemia bisa berdampak jangka pendek hingga panjang.

Red: Nora Azizah
Kondisi anemia akibat kekurangan besi atau anemia defisiensi besi (ADB) bisa dialami siapa saja, termasuk anak dan wanita hamil (Foto: ilustrasi)
Foto: Pixabay
Kondisi anemia akibat kekurangan besi atau anemia defisiensi besi (ADB) bisa dialami siapa saja, termasuk anak dan wanita hamil (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi anemia akibat kekurangan besi atau anemia defisiensi besi (ADB) bisa dialami siapa saja, termasuk anak dan wanita hamil. Dokter spesialis gizi dan Ketua Departemen Ilmu Gizi FK UI, Nurul Ratna Mutu Manikam, mengatakan, Kamis (17/12), perempuan dan laki-laki punya risiko yang sama kekurangan zat besi.

Penyebab kekurangan ini antara lain akibat pola konsumsi kurang asupan protein terutama sumber hewani, kurang konsumsi fortifikasi zat besi dalam makanan dan formula pertumbuhan. Kemudian, pemberian suplementasi zat besi tidak sesuai indikasi, tidak patuh minum suplementasi karena ada keluhan mual dan penyerapan zat besi yang tidak optimal.

Baca Juga

Anemia defisiensi zat besi seperti dikutip dari WebMD, ada beberapa tanda yang bisa menjadi ciri seseorang mengalami anemia. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Anda membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin, protein yang membantu sel darah merah Anda membawa oksigen. Saat zat besi yang dibutuhkan kurang, Anda bisa mengalami gejala seperti lelah, lemah, kulit pucat atau kuning, sesak napas, pusing dan sakit kepala.

Anda juga bisa mengalami detak jantung cepat atau tidak teratur, nyeri dada, kaki dan tangan dingin, kuku rapuh, hingga rambut rontok. Bahkan, seseorang ingin mengonsumsi hal-hal selain makanan, seperti tanah liat, pasir atau batu, dan sakit pada lidah.

Nurul menuturkan, anemia bisa berdampak jangka pendek hingga panjang. Kekurangan zat besi bagi ibu hamil bisa meningkatkan risikonya melahirkan bayi prematur, anak lahir dengan berat badan rendah yakni di bawah 2500 gram, komplikasi perdarahan saat persalinan dan pembesaran otot jantung.

"Sementara pada anak, kondisi ini dapat menurunkan kecerdasannya, pendengaran hingga fungsi motorik akibat dia mudah merasa lelah dibandingkan rekan-rekan seusianya," ujar Nurul.

Pada jangka panjang, performa anak di sekolah bisa menurun, dibarengi kemampuan berbahasa yang berkurang, perubahan atensi dan sosial sehingga dia menjadi sosok yang kurang tanggap terhadap lingkungan sekitar. Anak juga bisa mengalami perubahan perilaku karena tidak aktif bergerak, mudah lelah, tidak ceria, cendeurng lebih peragu dan penakut, kurang percaya diri serta perilakunya lebih sulit diatur karena kurang responsif.

"Usia 6 bulan hingga 3 tahun adalah masa kritis terjadinya anemia karena kebutuhan zat besi dan gizi lainnya meningkat karena terbentuknya saraf-saraf otak yang lebih banyak sehingga memerlukan zat besi sebagai salah satu pembentukan sel saraf," papar Nurul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement