REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris Asmara Abigail mengaku mendapat tawaran casting untuk proyek film The Science of Fictions garapan sutradara Yosep Anggi Noen pada tahun 2018. Tanpa pikir panjang, Asmara pun mengaku langsung menerima tawaran tersebut.
"Tanpa disangka tahun 2018, mungkin awal tahun, saya dapat pesan Whatsapp, dikirimi juga sinopsis tentang The Science of Fictions, tentu enggak pake mikir dari baca sinopsis atau bahkan premis. Apalagi mau punya pengalaman kerja bareng Mas Anggi dan Mas Gun," kata Asmara dalam wawancara khusus dengan Antara, Selasa (15/12).
Asmara juga menceritakan bahwa dirinya tak menyangka langsung diterbangkan ke Yogyakarta untuk mengikuti proses casting bersama sang sutradara. Menurutnya, itu kesempatan yang jarang terjadi dalam persiapan produksi film.
"Itu jarang banget, biasanya kalau beda kota zaman kemarin sebelum pake Zoom, pakai video call atau Skype," ujar Asmara.
Menurut Asmara, di Yogya, ia dan lawan main di The Science of Fictions mengobrol dengan sang sutradara seharian. Ia merasanya itu sudah seperti workshop.
Asmara mengaku banyak pengalaman baru yang didapatkannya saat terlibat dalam proyek film yang meraih penghargaan di Locarno International Film Festival tersebut. Salah satunya adalah ketika beradu peran dengan sang tokoh utama bernama Siman yang diperankan Gunawan Maryanto.
Meski baru bertemu dengan Gunawan, Asmara tak merasa kesulitan ketika harus beradu akting dalam satu scene yang sama. Ia merasa belajar banyak dan terkesan dengan sosok Gunawan yang sudah lama berkecimpung di dunia seni peran.
"Dari 'Istirahatlah Kata-kata' juga penasaran banget, gimana ya kerja sama dengan Mas Gun, ternyata jodoh kan. Habis itu walaupun peran Nadiyah porsinya ketemu Mas Gun dua kali, karena mungkin saya berusaha menjadi aktor sebisa mungkin terbuka sama lawan main jadi energinya bisa langsung berbalas," paparnya.
The Science of Fictions tayang di jaringan bioskop sejak tanggal 10 Desember 2020. Film ini berkisah tentang Siman, seorang pemuda di pelosok Yogyakarta yang melihat pengambilan gambar pendaratan manusia di bulan oleh kru asing di Pantai Parangtritis, Yogyakarta pada tahun 60-an.
Siman ditangkap dan dipotong lidahnya. Setelah itu, Siman menjalani hidupnya dengan bergerak lambat anti-gravitasi sebagaimana astronaut di ruang angkasa. Penduduk desa menganggap Siman gila karena Siman membangun bangunan mirip roket di belakang rumahnya.