REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fintek syariah ALAMI tumbuh hingga tiga kali lipat di masa pandemi. CEO ALAMI, Dima Djani mengatakan dampak negatif dari pandemi Covid-19 yang melanda hampir semua sektor industri di Indonesia berhasil ditangani dengan sangat baik oleh perusahaan peer to peer (P2P) lending syariah ALAMI.
"Perusahaan tercatat tumbuh tiga kali lebih tinggi dibanding kinerja tahun 2019, ALAMI juga berhasil menjaga tingkat Non-Performing Financing (NPF) di level nol persen," katanya dalam keterangan pers, Jumat (18/12).
Dalam P2P Lending, tingkat NPF ini diukur dengan TKB90 atau Tingkat Keberhasilan Pembayaran lebih dari 30 hari. Sehingga TKB90 tercatat di level 100 persen. Secara total, ALAMI telah menyalurkan akumulasi pembiayaan sebesar Rp 280 miliar per bulan November 2020.
Dima mengatakan kinerja ALAMI yang meningkat di tengah tantangan pandemi dan resesi ekonomi nasional tidak terlepas dari strategi perusahaan yang mengoptimalkan dua strategi. Yakni kolaborasi lintas sektor, proyeksi industri dan bisnis, serta optimalisasi pendana ritel.
"Adapun, saat ini produk ALAMI berupa pendanaan invoice financing yang ditargetkan ke industri-industri yang defensif terhadap Covid-19, antara lain makanan, logistik dan kesehatan," katanya.
Ia juga menekankan, pihaknya memiliki visi agar platform finansial berbasis syariah ALAMI bisa digunakan oleh masyarakat umum sebagai pendana ritel. Esensi sistem keuangan syariah harus dipandang dari perspektif yang lebih luas, di luar unsur keagamaan yang menaunginya.
Memang betul ALAMI dan fintek syariah lainnya menggunakan syariat dan nilai Islam sebagai pegangan menjalankan operasional. Namun industri juga optimis, sistem ini bisa memberikan dampak sosial atau manfaat bagi seluruh elemen masyarakat.
Secara return dan peluang keuntungan, platform keuangan syariah dari ALAMI sangat diminati, karena ini adalah instrumen fixed income syariah dengan imbal hasil paling tinggi. Ke depannya, ia harap pendana ritel ALAMI akan terus bertambah secara organik.