Jumat 18 Dec 2020 17:07 WIB

Beri Logistik untuk Teroris, Biduan Lebanon Divonis Penjara

Lebanon jatuhkan vonis pada Fadel Shaker selama 22 tahun penjara ditambah kerja paksa

Rep: Rizky Surya/ Red: Christiyaningsih
Fadel Shaker (kiri) dan Ahmad Al-Assir (kanan). Ilustrasi
Foto: EPA
Fadel Shaker (kiri) dan Ahmad Al-Assir (kanan). Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pengadilan militer Lebanon telah menghukum artis terkenal yang berubah menjadi buronan Fadel Shaker selama 22 tahun penjara ditambah kerja paksa. Dua putusan dikeluarkan secara in absentia.

Dilansir Middle East Monitor pada Jumat (18/12), hukuman pertama yang dijatuhkan pada 2017 selama 15 tahun karena "secara sadar" memberikan dukungan logistik untuk tindakan teroris. Hukuman tujuh tahun lagi ditambahkan untuk mendanai kelompok jihadis pengkhotbah Salafi Ahmad Al-Assir. Kelompok itu dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan 18 tentara Lebanon di kota Sidon selama bentrokan pada 2013 menyusul meluasnya kekerasan dari konflik di negara tetangga Suriah. 

 

Shaker yang dulu dikenal sebagai "Raja Roman" karena balada cintanya, juga dicabut hak sipilnya. Ia juga didenda 3,3 juta dolar atau sekitar Rp 37 miliar akibat pelanggaran hukumnya. 

 

Mentor dan rekannya, Al-Assir, ditangkap lebih dulu oleh otoritas Lebanon pada 2015 ketika mencoba melarikan diri ke Mesir setelah menghindari penangkapan selama dua tahun. Dia bahkan menjalani operasi plastik untuk mengubah penampilannya. Al-Assir dijatuhi hukuman mati pada putusan 2017 meskipun hukuman seperti itu jarang dilakukan dan biasanya diubah menjadi hukuman seumur hidup. 

 

Al-Assir mendapatkan popularitas di antara beberapa lingkaran Sunni karena penentangannya yang tegas dan vokal terhadap gerakan Lebanon Hizbullah, terutama setelah keterlibatannya di Suriah untuk mendukung Presiden Bashar Al-Assad. Shaker lahir sebagai Fadel Abulrahman Shmander dari ayah Lebanon dan ibu Palestina di Sidon. 

 

Shaker mulai berjuang dengan ketenarannya selama bertahun-tahun. Ia pernah menyatakan dalam sebuah wawancara pada 2009 bahwa uang dari pekerjaan seni tidak berkah.

 

Menyusul pemberontakan di Suriah pada 2011, Shaker meninggalkan bisnis musik dan segera menjadi tangan kanan Al-Assir. Shaker muncul di sampingnya dalam aksi unjuk rasa dan akan melantunkan nasyid atau lagu-lagu religi untuk mengangkat semangat orang banyak.

 

Shaker saat ini masih dalam pelarian. Ia diyakini mengungsi di kamp pengungsi Palestina Ain El-Helweh yang merupakan yang terbesar di negara dengan lebih dari 120 ribu penghuni. 

 

Baca Juga

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement