Jumat 18 Dec 2020 17:12 WIB

BKPM Tindak Lanjuti Rencana Investasi Produsen Pala Belanda

Verstegen komitmen bermitra dengan petani lokal rekomendasi BKPM.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Petani mengupas pala di Kampung Air Besar Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat (ilustrasi). BKPM menyebut, produsen pala terbesar dunia Verstegen Spices & Sauces BV (Verstegen berminat mengembangkan industri pala di Indonesia, khususnya di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Foto: ANTARA/Gusti Tanati
Petani mengupas pala di Kampung Air Besar Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat (ilustrasi). BKPM menyebut, produsen pala terbesar dunia Verstegen Spices & Sauces BV (Verstegen berminat mengembangkan industri pala di Indonesia, khususnya di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah kunjungan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia ke Belanda pada bulan lalu, tindak lanjut beberapa minat investasi terus digiatkan demi memastikan kelanjutan hasil pertemuan tersebut. Salah satunya terkait rencana investasi dari produsen pala terbesar dunia Verstegen Spices & Sauces BV (Verstegen).

Verstegen berminat mengembangkan industri pala di Indonesia, khususnya di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Rencana investasi tersebut senilai Rp 4,2 triliun dan akan memberdayakan 50 ribu petani pala. 

Baca Juga

Verstegen berkomitmen melakukan kemitraan dengan petani lokal yang direkomendasikan BKPM. Termasuk dalam penyediaan teknologi proses pengupasan, pengeringan, dan pembersihan.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM Ikmal Lukman yang turut serta dalam delegasi mengatakan, Kepala BKPM langsung mengambil langkah cepat berkonsolidasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Sebab permintaan pala Belanda terus mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir.

"BKPM sangat menyayangkan penurunan impor dari Belanda. Indonesia merupakan produsen dan saat ini merupakan eksportir pala terbesar dunia," kata Ikmal melalui keterangan resmi, Jumat (18/12).

Kontribusi Indonesia di pasar pala dunia sebesar 40 persen dari total ekspor dunia. Angka itu tiga kali lebih besar dibandingkan ekspor India dan 4,5 kali lebih besar dari ekspor Belanda.

Pasokan dari berbagai negara produsen pala memang terus melemah, termasuk dari Indonesia. Pada 2015 Belanda mengimpor sebesar 21.367.000 dolar AS. Namun pada 2019 turun menjadi 11.558.000 dolar AS.

Lalu total impor pala dunia pada 2019 sebesar 170.172.000 dolar AS. Pada 2019 menurun menjadi 157.901.000 dolar AS. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement