Jumat 18 Dec 2020 18:40 WIB

Wilayah Mana Berpotensi Jadi Sumber Kemunculan Pandemi?

Ada karakteristik yang membuat suatu wilayah lebih berisiko jadi sumber pandemi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Kerusakan hutan (Ilustrasi). Daerah yang mengalami tekanan yang tinggi dari manusia terhadap kehidupan satwa liar dan globalisasi yang tinggi berpotensi menjadi sumber pandemi di masa mendatang.
Foto: SYIFA YULINNAS/ANTARA
Kerusakan hutan (Ilustrasi). Daerah yang mengalami tekanan yang tinggi dari manusia terhadap kehidupan satwa liar dan globalisasi yang tinggi berpotensi menjadi sumber pandemi di masa mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 membawa dampak yang besar dalam berbagai aspek kehidupan. Kondisi ini mendorong tim peneliti untuk mencari wilayah-wilayah dunia yang berpotensi menjadi sumber kemunculan pandemi di masa mendatang.

Tim peneliti yang dipimpin oleh University of Sydney ini mengungkapkan ada beberapa karakteristik yang dapat membuat suatu wilayah menjadi lebih berisiko terhadap pandemi di masa mendatang. Karakteristik tersebut meliput adanya tekanan yang tinggi dari manusia terhadap kehidupan satwa liar dan globalisasi yang tinggi.

Baca Juga

Berdasarkan studi ini, ada lebih dari 40 persen kota-kota paling terhubung di dunia mungkin menjadi tempat terjadinya spillover atau perpindahan virus dari hewan ke manusia. Sebanyak 14-20 persen kota-kota paling terhubung di dunia juga berisiko menjadi tempat terjadinya spillover.

Selain itu, tim peneliti juga menunjukkan bahwa infrastruktur di suatu wilayah turut berperan, khususnya di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika Sub Sahara. Kejadian spillover kemungkinan tidak terdeteksi di wilayah-wilayah dengan infrastruktur kesehatan yang buruk.

"(Studi ini) menunjukkan di mana spillover kemungkinan tidak dikenali dan berujung pada penyebaran (penyakit) di dunia dan pandemi yang baru," jelas ketua tim peneliti Dr Michael Walsh dari University of Sydney's School of Public Health, seperti dilansir Times Now News.

Laporan IPBES sebelumnya telah menyoroti bahwa kerusakan keanekaragaman hayati memainkan peran penting dalam pandemi. Laporan tersebut juga telah memberikan rekomendasi terkait upaya pencegahan.

Laporan berjudul "When the next pandemic? The intersecting global geography of the animal-human interface, poor health systems and air transit centrality reveals conduits for high-impact spillover" ini telah dipublikasikan dalam Elsevier Journal, One Health. Daftar kota yang termasuk ke dalam zona kuning, oranye, dan merah terkait risiko spillover bisa diakses secara bebas.

Dr Walsh juga mengungkapkan bahwa negara-negara berpendapatan rendah dan menengah cenderung memiliki paling banyak kota dengan risiko spillover tertinggi. Hal ini dinilai berkaitan dengan kurang baiknya sistem kesehatan di area-area tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement