Jumat 18 Dec 2020 21:21 WIB

BKSDA Jambi Rehabilitasi Orangutan Korban Perdangangan Liar

Dua ekor orang utan berhasil dipulangkan dari Thailand yang nantinya dilepasliarkan.

Orang utan. ilustrasi
Foto: AP/Petr David Josek
Orang utan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi merehabilitasi dua ekor orang utan sumatera (Pongo Abelli). Dua ekor orang utan ini berhasil dipulangkan dari Thailand yang nantinya dilepasliarkan.

Orang utan ini merupakan hasil sitaan Polisi Penanggulangan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Thailand atau Natural Resources and Ennvironmental Crimes Division (NRCED). "Karena proses hukumnya sudah selesai maka orang utan ini dapat dipulangkan ke daerah asalnya," kata Kepala BKSDA Jambi Rahmad Saleh di Jambi, Jumat (18/12).

Baca Juga

Dua Orang Utan yang akan direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Danau Alo Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi itu berjenis kelamin betina yang bernama Ung Aing dan Natalee. Beratnya 18 kilogram dan 22 kilogram.

Saat ini kedua orang utan tersebut berusia enam tahun. Saat menjadi korban perdagangan satwa liar kedua orang utan tersebut masih berusia satu tahun.

Dijelaskan Rahmad Saleh, pada 21 Desember 2016 dua ekor orang utan tersebut diamankan oleh NRCED dan dirawat dalam pengawasan oleh Khao Prathubchang Wildlife Rescue Center (KPRC) di Provinsi Ratchaburi, Thailand.

Selain karena proses hukumnya sudah selesai, repatriasi dua ekor orang utan tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Thailand.

"Dua ekor orang utan ini akan direhabilitasi hingga siap hidup di alam liar, kami tidak dapat menentukan berapa lamarehabilitasinya karena dua ekor orang utan ini sejak kecil tidak berada di alam liar," kata Rahmad Saleh.

Selain dua ekor orang utan tersebut, juga terdapat sembilan ekor orang utan lainnya yang direpatriasi dari Malaysia. Total ada 11 ekor orang utan yang direpatriasi ke Indonesia. Sembilan ekor orang utan lainnya tersebut akan menjalani rehabilitasi di BKSDA Sumatera Utara.

Dr Pieter dari Frankfurt Zoological Society (FZS) mengatakan dua ekor Orang Utan tersebut dalam kondisi kesehatan yang baik.

Namun belum dapat dipastikan apakah dua ekor orang utan tersebut dalam keadaan baik baik saja jika berada di alam liar. Sebab, orang utan tersebut sudah terpisah dari induknya sejak masih membutuhkan asupanair susu dari induknya sehingga membutuhkan proses yang panjang hingga kedua orang utan tersebut siap untuk hidup di alam liar.

"Proses rehabilitasi orang utan ini membutuhkan waktu yang cukup panjang, selam satu atau dua tahun kami akan akomodir mereka untuk siap hidup di alam liar," kata Dr Pieter.

Selain telah menjalani pemeriksaan kesehatan, orang utan tersebut nantinya juga dilakukan tes COVID-19. "Mereka akan kami tes COVID-19, untuk memastikan tidak terinfeksi COVID-19," katanya.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement