REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Anugerah The Best FIFA Football Award 2020 sudah cukup menebus kekecewaan Robert Lewandowski ketika gagal mengalahkan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo dalam beberapa kesempatan ajang penghargaan Ballon d’Or (pemain terbaik dunia). Padahal penampilannya brilian dibandingkan dua pemain tersebut.
Tak ada yang meragukan kualitas Lewandowski. Ia mencetak 55 gol dalam 47 pertandingan musim lalu dan menjadi pencetak gol terbanyak di tiga kompetisi, yaitu Bundesliga Jerman, Piala Jerman, dan Liga Champions. Bayern Muenchen juga diantarkannya meraih treble winner serta memenangkan Piala Super Eropa, Piala Super Jerman. Tapi takdir berkata lain, ia tetap kalah dari Messi dan Ronaldo.
Ada banyak kisah menarik tentang Lewandowski di usia remaja. Dilansir dari BBC, Jumat (18/12), ada momen yang kemungkinan membuatnya tak akan menjadi pemain profesional. Hidup sulit ia alami ketika berusia 17 tahun pada 2005, ketika ayahnya Krzysztof yang merupakan seorang atlet judo meninggal.
Kala itu Lewandowski baru saja pindah dari Delta Warsawa, sebuah klub kecil di divisi empat ke salah satu tim terbaik di Polandia dengan 14 gelar liga, yaitu Legia. Bermain untuk Legia semestinya menjadi kesempatan meningkatkan kariernya. Tetapi cedera menghentikan proses itu.
Saat Lewandowski absen beberapa pekan, Legia membuat keputusan. Namanya tak masuk ke dalam rencana masa depan tim tersebut. Legia mengira sudah memiliki striker jauh lebih baik sehingga menyuruhnya hengkang. Lewandowski sempat drop sampai tak ingin makan ketika ibunya, Iwona, menyodorkan makan malam.
Untungnya, Lewandowski menerima telepon dari tim divisi tiga Znicz Pruszkow. Klub ini selalu membeli pemain yang harganya tak mahal. Mantan Presiden Znicz, Marek Sliwinski, menyebut Lewandowski adalah ‘ikan emas’ karena klubnya hanya membeli seribu poundsterling dari Legia.
Pada awalnya, Lewandowski jauh dari predikat pemain bintang Znicz. Tetapi perlahan ia membuktikan dirinya secara cepat layak diperhitungkan. Ia pun menemukan permainan apiknya di sini. Di musim pertamanya, ia mencetak 15 gol dan membantu Znicz promosi. Ia terus mencetak gol di divisi dua.
Ketika Jacek Grembocki mengambil kursi pelatih pada 2007, tim tersebut berubah menjadi tim bagus. Lima pemainnya berasal dari tim teratas kompetisi di Polandia. “Tapi tentu saja Lewandowski talenta besar. Dia memiliki segalanya. Dia pekerja keras, teknis, dan cepat,” kata Grembocki.
Grembocki menilai Lewandowski menyadari sudah tak ada peluang di Legia setelah dibekap cedera lutut. Karena itu, untuk menjadi seorang profesional harus bekerja keras dan Znich mendapatkan superstar itu di kemudian hari.
Ketika melakukan laga persahabatan melawan tim Ekstraklasa yaitu LKS Lodz, Lewandowski berhadapan dengan bek berpengalaman Kroasia, Ivan Udarevic. Di situlah Lewandowski dipandang sebagai pemain terbaik lapangan.
"Saya memainkan tujuh pertandingan untuk Polandia, jadi saya pikir tidak akan menjadi masalah baginya untuk masuk ke tim nasional. Tapi tentu saja, Bayern? Oh, itu akan sulit. Sekarang, Lewandowski adalah pemain terbaik di Eropa. Dia memberi saya banyak kegembiraan,” jelas Grembocki.
Menurut Grembocki, Legia telah melakukan kesalahan besar tak melihat potensi besar Lewandowski. Grembocki mengeklaim selama dua bulan melatih Lewandowski, ia sudah bisa menebak sang striker layak memperkuat timnas. Sedangkan, Legia tak melihat itu.
Berkat gol-gol Lewandowski, Znich menjadi pesaing di papan atas kompetisi. Dan saat itu tim Grembocki merupakan kejutan berkat Lewandowski.