Sabtu 19 Dec 2020 16:39 WIB

Mantan Penasihat CIA yang Didakwa Terlibat Kudeta Erdogan

Terdakwa bisa dijatuhi hukuman seumur hidup jika dinyatakan bersalah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: Presidensi Turki via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Taipan dan aktivis terkemuka, Osman Kavala, kembali menghadapi pengadilan pada Jumat (18/12), setelah beberapa bulan dibebaskan dari tuduhan keterlibatan dalam kerusuhan Gezi Park 2013. Tuduhan kali ini berkaitan dengan keterlibatannya menggulingkan pemerintah pada 15 Juli 2016.

Kavala ditangkap satu tahun setelah upaya kudeta oleh penyusup militer dari Kelompok Teror Gulen (FETÖ) yang menewaskan 251 orang. Dia tidak didakwa terlibat dalam upaya kudeta saat itu. Dia ditangkap setelahnya atas tuduhan baru ketika pembebasannya pada Februari.

Baca Juga

Akademisi Amerika dan mantan penasihat Central Intelligence Agency (CIA), Henri Barkey, juga diadili atas tuduhan upaya untuk menggulingkan pemerintah. Duo ini juga menghadapi tuduhan spionase politik dan militer.

Kedua sosok tersebut dapat dijatuhi hukuman seumur hidup bersama dengan hukuman penjara tambahan. Dakwaan terhadap Kavala dan Barkey mengatakan, keduanya mengambil peran aktif dalam koordinasi dan kelanjutan upaya kudeta oleh anggota FETO yang mendukung negara asing.  

"Memantau pelaksanaan tindakan dan campur tangan dalam kemajuan (kudeta) melalui koordinasi dan kontak. mereka telah didirikan saat diperlukan," ujar dakwaan kepada Kavala dan Barkey dikutip dari DailySabah.

Dakwaan tersebut menyatakan bahwa Barkey mengadakan "pertemuan palsu" di Hotel Splendid di pulau Buyukada di lepas pantai Istanbul pada Juli 2016. "Untuk mengikuti upaya kudeta, mengarahkannya jika perlu dan berkoordinasi dengan pendukung kudeta internasional," ujar dakwaan.

Barkey hilang dari sidang pertama sementara Kavala hadir melalui videolink di penjara tempat di tahan di Istanbul. "Saya menentang kudeta militer sepanjang hidup saya dan mengkritik campur tangan tentara dalam politik," kata Kavala kepada hakim ketua.

Kavala menyatakan tuduhan terhadapnya sangat kontras dengan pandangan dunia dan nilai-nilai etikanya. Sidang ditunda hingga 5 Februari setelah pengadilan mendengar Kavala dan saksi mata dalam kasus tersebut. Pengadilan mengesampingkan permintaan terdakwa untuk pembebasan.

Puluhan ribu orang ditahan atau ditangkap setelah upaya kudeta, yang merupakan upaya terbaru FETO untuk menggulingkan pemerintah. Kelompok yang dianggap teroris oleh pemerintah Turki memiliki jaringan luas menyusup di militer, penegak hukum, peradilan, dan birokrasi.

Fetullah Gulen yang dianggap sebagai pemimpin kelompok itu saat ini tinggal di Saylorsburg, Pennsylvania. Amerika Serikat telah menghentikan serangkaian permintaan ekstradisi untuknya oleh Ankara sejak upaya kudeta.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement