REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Pandemi Covid-19 menyebabkan anak-anak yang diasuh Yayasan Lentera Solo tak memiliki banyak kegiatan. Sebab, anak-anak dengan HIV/AIDS tersebut perlu menjaga daya tahan tubuh agar tidak terpapar virus Corona jenis baru.
Yayasan Lentera Solo mengasuh sedikitnya 30 anak dengan HIV/AIDS (ADHA) dari seluruh Indonesia. Anak-anak tersebut merupakan rujukan dinas sosial dari pemerintah daerah masing-masing kota/kabupaten."Kegiatan selama pandemi ini anak-anak hanya bermain-main karena kegiatan outdoor kami tidak bisa lakukan," kata Ketua Yayasan Lentera Solo, Yunus Prasetyo, kepada wartawan, di Shelter ADHA Yayasan Lentera Solo, Rabu (16/12).
Yunus mengakui, anak-anak menjadi jenuh dan kesepian karena tidak banyak kegiatan. Sebelum pandemi, biasanya banyak relawan yang mengunjungi Yayasan Lentera untuk mengajak anak-anak tersebut bermain bersama. Setelah pandemi, relawan yang datang dibatasi. Pengurus juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat bagi pengunjung yang datang."Sekarang kami membatasi orang yang datang. Datangnya tidak boleh rombongan, maksimal dua atau tiga orang, dan yang ditemui hanya pengurusnya," imbuh Yunus.
Anak-anak ADHA menjadi sangat rentan terpapar penyakit lain lantaran kekebalan tubuh mereka lemah. Oleh sebab itu, pengurus Yayasan Lentera berupaya sekuat tenaga untuk menjaga daya tahan tubuh anak-anak asuh mereka. Berbagai upaya yang dilakukan antara lain, mengatur pola makan, pola istirahat, terapi pijat, senam, dan lainnya untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, anak-anak memiliki jadwal pemeriksaan rutin sebulan sekali di RSUD dr Moewardi.
"Karena anak-anak ini anak-anak dengan HIV/AIDS jadi daya tahan tubuhnya menurun dibanding anak-anak yang lain. Itu kami pertahankan mati-matian. Apalagi ada yang pernah punya riwayat pneumonia, tuberkulosis, itu pemicu Covid bisa berkembang pada tubuhnya," ungkap Yunus.
Terkait kegiatan belajar anak-anak tersebut, Yunus menyatakan tetap membuka kelas PAUD dan TK tiga kali sepekan di Shelter ADHA. Sedangkan untuk anak-anak SD dan SMP didampingi dalam proses belajar daring.
Dari 30 anak asuh Yayasan Lentera tersebut, usia paling kecil yakni tiga bulan, sedangkan yang paling besar 15 tahun. Bayi tiga bulan tersebut baru masuk ke Yayasan Lentera saat pandemi Covid-19. Prosesnya melalui protokol kesehatan ketat dengan memastikan bayi itu bebas Covid-19 baru diperbolehkan masuk.