REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Jelang pembelajaran tatap muka di tengah kasus Covid-19 yang terbilang masih tinggi, dibutuhkan upaya penerapan prorokol kesehatan yang ketat dalam pelaksanaannya. Sekolah perlu mempersiapkan segala upaya untuk dapat mencegah munculnya klaster baru di lingkungan sekolah.
Tim Dokter Velox BIN, Jares Clinton mengatakan, perlu beberapa pemahaman yang diterapkan oleh pihak sekolah dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi. Di antaranya memastikan ruangan tiap sekolah mempunyai sirkulasi udara yang cukup baik bagi para siswanya.
"Ruangan ber-AC butuh sirkulasi udara yang bagus, khususnya penularan airborne di ruangan tertutup yang memang tidak ada sirkulasinya dan berkaitan dengan pembelajaran tatap muka yang memang diharapkan tidak adanya penularan melalui airborne," ujar Jares saat sosialisasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) jelang pembelajaran tatap muka di SMK Negeri 5 Tangsel, Sabtu (19/12).
Jares menuturkan, sirkulasi udara yang baik di ruangan kelas menjadi syarat utama dalam menghadapi pembelajaran tatap muka. "Saya sarankan dan memang akan menjadi syarat, jika sekolah dibuka harus memiliki ventilasi udara yang baik, ada cahaya matahari yang masuk dengan sirkulasi pergantian udara yang baik, baik AC maupun kipas angin," terangnya.
Dia mejelaskan, ketika ruangan menggunakan air condition (AC), akses udara jangan ditutup semuanya meskipun akan menjadi panas. Itu menjadi satu upaya antisipasi penularan melalui udara, khususnya di ruang tertutup yang tidak ada sirkulasi udaranya.
Selain itu, pihak sekolah juga harus memperhatikan benda-benda di sekitar, seperti meja dan kursi dengan tujuan menghindari penularan Covid-19 melalui droplet atau percikan pernapasan. Sebab, selain lewat udara, penyebaran Covid-19 juga bisa melalui droplet berupa percikan saat batuk dan bersin, yang bisa menempel pada benda sekitar.
"Itulah droplet yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia, seperti melalui perantara telapak tangan. Misalnya ada siswa yang pegang meja, yang ada dropletnya lalu memegang hidung, mulut, virusnya jadi bisa masuk," jelasnya.
Edukasi tersebut, kata Jares, harus bisa tersampaikan kepada siswa secara baik. Namun, menurutnya, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi guru-guru yang mengajar di Sekolah Dasar (SD) atau Taman Kanak-kanak (TK). Oleh sebab itu, butuh keterlibatan orangtua dan guru untuk edukasi protokol kesehatan Covid-19 secara berkelanjutan.
Jares berpendapat, edukasi yang dilakukan orang tua murid dan guru bisa melalui video, sesuai dengan tingkat pencapaian siswa. Sebab, di usia yang masih anak-anak, penyampaian melalui video akan lebih mudah ditangkap dan diterapkan oleh siswa. "Karena lebih suka visual yang menarik dan saya rasa gampang dalam penerapannya. Serta teknik dan cara penyampaian sesuai takaran golongan, pendidikan dan faktor orang tertentu," tutupnya.