REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Sydney kembali mengalami klaster wabah virus corona. Dalam 24 jam terakhir jumlah kasus di pantai bagian utara kota terbesar di Australia itu bertambah 30 hingga saat ini total kasus positif baru menjadi 70.
Ahad (20/12) pihak berwenang Sydney mengatakan kemungkinan mereka tidak dapat melacak sumber klaster tersebut. Walaupun jumlah kasus terus bertambah Perdana Menteri New South Wales Gladys Berejiklian mengatakan belum ada bukti penyebaran masif di luar pantai utara Sydney.
Namun kasus-kasus positif baru menunjukkan virus menyebar di seluruh penjuru Sydney dan bagian lain Negara Bagian New South Wales. Pemerintah memberlakukan karantina wilayah hingga Rabu (23/12).
Masyarakat Sydney hanya diizinkan meninggalkan rumah mereka untuk lima alasan dasar. Antara lain untuk berobat, berolahraga, membeli kebutuhan di toko grosir, bekerja atau alasan kebaikan.
Kepala Kesehatan New South Wales Kerry Chant mengatakan hingga kini pemerintah belum menemukan pasien nol klaster terbaru di Sydney itu. Tapi pihak sedang menggelar penyelidikan besar-besaran.
Sementara itu Korea Selatan (Korsel) melaporkan 1.000 kasus lebih untuk kelima kalinya berturut-turut. Pemerintah Korsel pun mempertimbangkan memberlakukan peraturan pembatasan sosial yang lebih ketat yang akan menekan perekonomian.
Sabtu (19/12) Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korsel (KCDC) mengumumkan 1.097 kasus positif baru dalam 24 jam terakhir. Angka harian tertinggi Negeri Ginseng sejak awal pandemi. Sehingga total kasus infeksi di negara itu menjadi 49.665 kasus.
Sekitar 70 persen kasus baru terjadi di Metropolitan Seoul yang padat penduduk. Ibukota telah menjadi pusat klaster yang baru. Pemerintah sudah menyesuaikan kebijakan peraturan pembatasan sosial dengan kecepatan penyebaran virus.