REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD — Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) di Baghdad, Irak, menjadi sasaran penembakan roket pada Ahad (20/12). Satu petugas keamanan Irak yang berjaga di sekitar area terluka.
“Kedutaan AS mengonfirmasi roket yang menargetkan Zona Internasional (Zona Hijau) mengakibatkan keterlibatan sistem pertahanan kedutaan,” kata Kedubes AS dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Aljazirah.
Sistem pertahanan yang dimaksud adalah C-RAM. Ia digunakan untuk menghancurkan misil di udara. Kedubes AS menyerukan para pemimpin politik Irak mengambil langkah-langkah guna mencegah serangan semacam itu terjadi lagi. Mereka pun meminta para pelaku penembakan dimintai pertanggungjawaban.
Militer Irak dalam keterangannya mengungkapkan terdapat delapan roket yang ditembakan ke Zona Hijau. Selain AS, di area seluas 10 kilometer persegi itu terdapat kedubes Inggris, Australia, dan Mesir.
Militer Irak menyebut roket tersebut ditembakan “kelompok terlarang”. Mereka tak mengungkap secara gamblang siapa pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Awal bulan ini, AS menarik sejumlah diplomatnya dari kedutaannya di Baghdad. Hal itu dilakukan menjelang peringatan satu tahun terbunuhnya mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Washington khawatir akan ada serangan balasan terhadap para diplomatnya di Irak.
Soleimani tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Januari lalu. Dia dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak Washington.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.