Senin 21 Dec 2020 10:53 WIB

Arab Saudi dan Turki Tutup Penerbangan Internasional

Penutupan penerbangan internasional di Arab Saudi selama sepekan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nur Aini
Bandara King Abdulaziz di Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (25/7/2020).
Foto: Saudi Ministry of Media via AP
Bandara King Abdulaziz di Jeddah, Arab Saudi, Sabtu (25/7/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Otoritas Arab Saudi memutuskan menutup perbatasan darat dan menangguhkan penerbangan internasional selama satu pekan. Keputusan itu diambil setelah ditemukannya jenis virus Covid-19 baru di Inggris.

Seorang sumber dari Kementerian Dalam Negeri Saudi menyebut, larangan baru itu bisa saja diperpanjang selama satu minggu lagi.

Baca Juga

Bagi semua pihak yang telah tiba di Arab Saudi dari negara-negara Eropa maupun negara-negara lain tempat virus Covid-19 baru muncul, harus mengisolasi diri di rumah selama dua minggu. Adapun masyarakat yang mengunjungi negara-negara itu dalam tiga bulan terakhir perlu menjalani tes Covid-19.

Sementara itu, otoritas Turki mengatakan, penerbangan dari Inggris, Denmark, Belanda, dan Afrika Selatan ditangguhkan sementara. Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca, menyebut, tingkat penularan virus dengan mutasi baru ini di Inggris meningkat.

"Telah dilaporkan tingkat penularan di Inggris meningkat dengan adanya mutasi virus Covid-19. Di bawah instruksi Presiden dan berkoordinasi dengan Kementerian Transportasi dan Infrastruktur kita, penangguhan sementara telah dikeluarkan untuk penerbangan dari Inggris, Denmark, Belanda, dan Afrika Selatan menjadi negara kita," ujar Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca dalam unggahan di Twitter-nya, dilansir di ANI News, Senin (21/12).

Menteri Fahrettin Koca juga menyebut, pihaknya akan menyediakan penerbangan khusus untuk membawa warga Turki kembali ke negaranya di tengah larangan baru tersebut.

"Dalam lingkup tindakan yang diambil atas risiko mutasi yang berasal dari Inggris, semua penumpang akan diuji dan aturan karantina akan diterapkan untuk penerbangan yang masih dalam perjalanan," kata Koca.

Di sisi lain, otoritas Maroko mengatakan, pihaknya menangguhkan lalu lintas udara dengan Inggris mulai Ahad (20/12) malam. Menurut kantor berita MAP, durasi larangan perjalanan ini masih belum diumumkan.

Pada hari Sabtu, pejabat kesehatan Inggris mengumumkan negara tersebut telah mengidentifikasi varian baru virus corona (Covid-19) yang 70 persen lebih dapat ditularkan daripada jenis virus Sars-Cov-2 lainnya.

Pemerintah Inggris praktis mengunci beberapa bagian negara, termasuk London, setelah mengakui lebih dari setengah semua kasus baru yang tercatat disebabkan oleh jenis baru ini. Ketika warga Inggris bergegas keluar dari daerah yang terkunci menjelang Natal, banyak negara memilih untuk menutup perbatasan dengan Inggris. Langkah itu dilakukan sebagai upaya mencegah impor jenis virus baru.

Varian virus corona baru tersebut disebut lebih mudah menginfeksi. Meski demikian, tampaknya mutasi baru itu tidak lebih mematikan atau menimbulkan kekhawatiran tentang vaksin. Mutasi tersebut juga telah terdeteksi di Belanda, Denmark, Afrika Selatan, dan Australia.

BACA JUGA: Kotak Amal Dituding untuk Danai Terorisme, Aktivis Masjid: Itu Fitnah Sangat Keji!

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement