REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berkoordinasi dengan Kementerian PUPR terkait normalisasi Kali Kemuning dalam upaya mengantisipasi kembali terjadinya banjir di Sampang, Madura. Koordinasi yang digelar meliputi perbaikan rumah pompa, finalisasi normalisasi Kali Kemuning, serta mempercepat pembangunan floodway Kali Kemuning.
Khofifah meyakini, pembangunan floodway dengan memecah dua aliran sungai akan sangat efektif dan signifikan sebagai solusi menurunkan volume genangan banjir akibat meluapnya Kali Kemuning. Nantinya, anggaran pembangunan floodway ini berasal dari APBN terutama dalam hal pembangunan fisik.
Sementara untuk pengadaan tanah diharapkan dari Pemkab Sampang, mengingat bantuan keuangan Pemprov tidak dibenarkan untuk pengadaan tanah.
"Pembangunan floodway ini sebenarnya anggarannya sudah dihitung sejak dua tahun lalu. Pak Menteri juga minta agar Pemkab Sampang melanjutkan proses komunikasi dan negosisasi dengan masyarakat terkait pembebasan lahan tersebut untuk rencana pembangunan floodway tersebut,” kata Khofifah di Surabaya, Senin (21/12).
Menurutnya, pembangunan floodway ini perlu dilakukan karena kapasitas Sungai Kemuning jika intensitas hujan tinggi, hanya mampu menampung 46 persen debit air. Menurutnya, bila ditambah pembangunan embung dengan luas 5 hektar hanya menambah daya tampung sekitar 5 persen.
“Bila ditotal baru mencapai 51 persen daya tampungnya. Jadi solusi signifikan memang melalui pembangunan floodway sehingga ujung alirannya langsung menuju laut. Untuk itu saya ingin melihat fisiknya kira-kira yang dilewati sungai ini nantinya berapa desa, perkampungan, sawah itu kira-kira berapa kilometer sampai akhirnya ujungnya ke laut,” ujarnya.
Selain mempercepat pembangunan floodway, Pemprov Jatim melalui Dinas PU Sumber Daya Air telah membangun lima pompa banjir di Kabupaten Sampang. Khofifah menyatakan, pompa banjir yang tersedia saat ini akan dilakukan instalasu ulang, karena ada yang sistemnya terganggu.
“Ada lima pintu air dua di antaranya kemarin sempat mengalami trouble. Insya Allah segera akan di re-install. Kita berharap dua pintu air ini bisa diselesaikan sebelum 25 Desember mendatang,” kata dia.
Sebelumnya, banjir menggenangi empat kelurahan di Kecamatan Kota, Kabupaten Pamekasan, Madura. Yakni Kelurahan Patemon, Jungcangcang, Gladak Anyar, dan Parteker. Khofifah mengatakan, permasalahan yang menjadi pemicu terjadinya banjir terbesar selama 20 tahun terakhir di Pamekasan adalah akibat tingginya sedimentasi dan adanya pintu air yang bermasalah.