REPUBLIKA.CO.ID, oleh Puti Almas, Kamran Dikarma, Zahrotul Oktaviani
Ketika banyak negara masih berkutat dengan upaya mengendalikan virus corona, Inggris sudah berhadapan dengan jenis baru Covid-19. Varian baru SARS-Cov-2 ini bahkan diduga sementara ini lebih menular dibanding versi sebelumnya.
Pemerintah Inggris telah mengumumkan strain baru dari SARS-CoV-2 yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 hingga 70 per lebih dapat ditularkan dibandingkan bentuk asli patogen.
Dilansir The Independent, Senin (21/12), strain baru SARS-CoV-2 menyebar jauh lebih mudah di antara manusia, sebagai hasil dari serangkaian mutasi yang telah diidentifikasi dalam kode genetik patogen. Namun, hal itu tidak diyakini menyebabkan Covid-19 yang lebih parah atau tingkat kematian yang lebih tinggi.
Patrick Vallance, kepala penasihat ilmiah Pemerintah Inggris, mengatakan analisis menunjukkan varian tersebut mengandung 23 perubahan genetik yang berbeda. Banyak di antaranya yang terkait dengan apa yang disebut protein 'spike' atau bagian dari virus yang bertanggung jawab untuk mengikat sel manusia.
Hal itu menjadi penting karena sebagian besar vaksin yang dikembangkan menargetkan reseptor lonjakan. Jika berubah tanpa bisa dikenali, vaksinasi tidak akan mampu menginduksi respons imun yang diperlukan di dalam manusia.
Bukan berarti vaksin tidak akan efektif. Protein yang melapisi cangkang virus perlu mengalami transformasi genetik yang signifikan untuk membuat vaksin menjadi berlebihan, sesuatu yang pada tahap ini, tampaknya tidak terjadi.
“Asumsi kami dari semua ilmuwan adalah bahwa respons vaksin harus memadai untuk virus ini. Kami harus tetap waspada tentang ini,” ujar Vallance.
Daniel Altmann, seorang profesor imunologi di Imperial College London, mengatakan tanggapan kekebalan yang disebabkan oleh Covid-19 tidak akan berubah oleh mutasi, jadi vaksin akan tetap bekerja. Untuk saat ini, strain baru dilaporkan berkembang di sekitar selatan Inggris.
Hingga 9 Desember, virus yang bermutasi tercatat menyebabkan 43 persen kasus dan 28 persen rawat inap di wilayah tenggara Inggris. Kemudian sebanyak 59 persen kasus dan 38 persen rawat inap di Timur Inggris, 62 persen kasus dan 34 persen rawat inap di London.
Sebaliknya, jenis baru ini hanya terkait dengan lima persen kasus yang terjadi di Yorkshire baru-baru ini. Secara umum, angka kasus di seluruh Inggris meningkat lebih dari 50 persen antara 29 November dan 13 Desember, sebagian didorong oleh varian yang sangat menular.
Jonathan Stoye, seorang ahli virus di Francis Crick Institute di London, menjelaskan variasi biasanya muncul pada virus sebagai akibat kesalahan dalam menyalin materi genetik virus. Ini mengarah pada perubahan kecil pada protein virus, seperti reseptor spike.
Penularan virus antara spesies yang berbeda juga mendorong perubahan dalam pengkodean genetik virus. Hal ini terjadi pada perkembangan yang telah dilihat terjadi pada kasus di Denmark, di mana SARS-CoV-2 melompat untuk menginfeksi cerpelai dan kemudian kembali ke manusia.
Tekanan umum pada patogen, seperti munculnya vaksin atau kurangnya inang yang tersedia, dapat menghasilkan evolusi yang menguntungkan. Sehingga memungkinkannya beradaptasi dan bertahan hidup.
Wendy Barclay, kepala departemen penyakit menular di Imperial College London, mengatakan mutasi mungkin terjadi saat virus bereplikasi. Beberapa varian dengan perubahan protein lonjakan telah diamati karena virus tersebut secara intensif diurutkan di Inggris dan di seluruh dunia.
John Edmunds, profesor di Center for the Mathematical Modeling of Infectious Diseases, London School of Hygiene & Tropical Medicine, mengatakan sepertinya strain baru SARS-CoV-2 secara signifikan lebih menular daripada jenis sebelumnya. Artinya usaha untuk mengendalikannya harus dilakukan tindakan yang jauh lebih ketat.
“Saya minta maaf untuk mengatakan bahwa sepertinya ada masa-masa sulit di depan, tetapi semakin cepat dan lebih tegas kita bertindak, semakin cepat kita dapat mulai mengendalikan virus baru ini,” jelas Edmunds.
Sedang Paul Hunter, profesor kedokteran, Fakultas Kedokteran Norwich, Universitas East Anglia, mengatakan tidak dapat dipungkiri bahwa varian baru ini akan menyebar ke seluruh Inggris. Ia memprediksi untuk melihat peningkatan tingkat transmisi di semua wilayah dan administrasi devolusi selama beberapa pekan mendatang.
Ravindra Gupta, profesor Mikrobiologi Klinis, Universitas Cambridge, mengatakan varian tersebut memiliki sejumlah mutasi yang mengkhawatirkan, yang berarti upaya mengontrol penularan melalui pembatasan sosial sementara harus dilakukan sambil ilmuwan bekerja untuk mempelajari lebih lanjut tentang dampak mutasi ini pada bagaimana virus berperilaku. Ia menegaskan penargetan regional dari vaksin untuk mengendalikan penyebaran harus dipertimbangkan secara serius, dilansir dari Independent, Senin (21/12).
Dr Susan Hopkins dari Public Health England (PHE) mengatakan varian baru SARS-Cov-2 awalnya ditemukan pada seorang pasien September lalu. “Varian bernama VUI-202012/01 memiliki susunan genetik yang sangat jelas yang dapat kita ikuti,” kata Dr Susan, dikutip laman Sky News.
Menurut Dr Susan, sekuensing genom lengkap dikembalikan pada Oktober. “Pada awalnya tidak ada yang secara khusus menyoroti bahwa ini adalah sesuatu yang menjadi perhatian utama, karena varian muncul dan hilang,” ucapnya.
Namun pada akhir November, para ilmuwan dan pakar berusaha memahami mengapa infeksi Covid-19 di daerah Kent dan Medway tidak menurun. Padahal pembatasan sosial berskala nasional diterapkan.
Penyelidikan klinis, perilaku, dan epidemiologis yang terperinci telah dilakukan, termasuk sekuensing genom secara keseluruhan. Hasilnya sekelompok varian baru SARS-Cov-2 ditemukan menyebar di daerah tersebut.
Pemerintah Inggris diberi tahu tentang temuan awal itu pada 11 Desember. Para ilmuwan kemudian menemukan strain terbaru jauh lebih mudah menular daripada varian lain yang beredar. “Itu membuat kami sangat prihatin dan kami memberi tahu pemerintah pada Jumat (18/12),” kata Dr Susan.
Akibat strain baru virus corona, beberapa negara Eropa telah menerapkan larangan penerbangan dari dan ke Inggris. Belanda adalah negara pertama yang mengumumkan tentang larangan terbang pada Ahad (20/12).
Jerman lalu mengambil langkah serupa. Kementerian Transportasi Jerman mengatakan semua jenis penerbangan dari Inggris, kecuali penerbangan kargo, dilarang mendarat di negara tersebut mulai Ahad tengah malam waktu setempat.
Belgia juga menerapkan larangan terbang dari dan ke Inggris. Hal itu diberlakukan setidaknya 24 jam mulai Ahad tengah malam waktu setempat.
Austria dan Belanda mengatakan akan menghentikan penerbangan dari Inggris. Namun mereka belum mengumumkan kapan kebijakan itu bakal diterapkan.
Sementara itu Republik Ceko akan memberlakukan peraturan karantina lebih ketat terhadap orang-orang yang datang dari Inggris, dikutup Reuters.
Varian baru virus corona berdampak pula ke penangguhan umroh bagi jamaah asing. Saudi memutuskan membatalkan semua penerbangan internasional dan menangguhkan pintu masuk melalui darat dan laut setidaknya selama seminggu.
Keterangan resmi dari Saudi Press Agency menyebut Kerajaan sementara menangguhkan semua penerbangan internasional, kecuali dalam kasus luar biasa. Penangguhan dilakukan dalam jangka waktu satu minggu, yang dapat diperpanjang seminggu lagi.
Dalam pernyataan tersebut, dituliskan pula jika penangguhan ini akan berlanjut sampai informasi medis terkait sifat virus baru yang terlah bermutasi menjadi jelas. Siapapun yang datang dari negara tempat virus baru ini muncul setelah 8 Desember dan telah tiba di Arab Saudi harus diisolasi di rumah selama dua minggu. Orang-orang ini juga harus menjalani tes Covid-19 selama masa isolasi dan mengulang tes setiap lima hari.
Di sisi lain, siapa pun yang telah kembali dari atau melewati negara Eropa, maupun negara lain di mana strain baru telah muncul selama tiga bulan terakhir, juga harus mengikuti tes Covid-19.