Senin 21 Dec 2020 19:24 WIB

Hadits Kemiskinan Dekat dengan Kekufuran, Benarkah?

Derajat hadits kemiskinan dengan kekufuran dipersoalkan ulama

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Derajat hadits kemiskinan dengan kekufuran dipersoalkan ulama. Kemiskinan, ilustrasi
Foto: Republika
Derajat hadits kemiskinan dengan kekufuran dipersoalkan ulama. Kemiskinan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Salah satu hadits bermasalah yang kerap beredar di masyarakat adalah hadits tentang kemiskinan yang mendekati kekufuran. Apakah status hadits itu? 

Dalam  buku “Hadits-Hadits Bermasalah” karya Prof KH Ali Mustafa Ya’kub,  dijelaskan kedudukan dari hadits itu. Hal ini sebagaimana hadits riwayat Anas bin Malik RA berikut:  

Baca Juga

عن أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ وسَلَّمَ: كَادَ الفَقْرُ أَنْ يَكُونَ كُفْرَاً، وَكَادَ الحَسَدُ أَنْ يَغْلِبَ القَدَرَ “Kemiskinan itu hampir menjadi kekafiran, dan kedengkian itu hampir mendahului takdir.”

Sementara, banyak juga hadits yang menerangkan bahwa orang-orang miskin dari umat Islam itu kelak akan masuk surga lima ratus tahun lebih dahulu daripada orang-orang kaya di antara mereka. Jika demikian, maka tampaknya ada kejanggalan bila kemiskinan itu diidentikkan dengan kekafiran.

Kiai Mustafa Ya’kub menjelaskan, hadits kemiskinan itu diriwayatkan antara lain oleh Imam Abu Nu'aim al-Ishfahani dalam kitabnya Hilyah af-Auliya, Imam Abu Muslim al-Kasysyi dalam kitabnya al-Sunan, Imam Abu Ali bin al-Sakan dalam kitabnya al-Mushannaf, Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu'ab al-lman dan Imam Ibn Adiy dalam kitabnya al-Ma’rifah bi Dhu’afa al-Rijal.

Sementara dari segi sanadnya, menurut Kiai Mustafa Ya’kub, hadits ini sangat dha’if (lemah) bahkan sudah mendekati maudhu' (palsu) . Sebab di dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang bernama Yazid bin Aban al-Raqqasyi.

Menurut para ulama kritikus hadits, Yazid al-Raqqasyi adalah dha'if jiddan (lemah sekali). Imam al-Nasa'i dan lain-lain menilainya matruk (tertuduh sebagai pendusta ketika meriwayatkan hadits karena perilakunya sehari-hari dusta).

Hadits matruk sendiri merupakan kualifikasi hadits yang paling buruk sesudah maudhu'(palsu). Bahkan Imam Syu'bah menyatakan, “Lebih baik saya berzina daripada meriwayatkan hadits dari Yazid al-Raqqasyi.”

Kendati demikian, dalam fatwanya, Syekh  Ahmad Syarif An-Na’san, menjelaskan terdapat hadits lain yang menguatkan makna dari hadits tersebut yaitu hadits riwayat Abu Bakrah RA. 

عَن أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ وسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ» “Rasulullah SAW kerap berdoa, ”Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kemiskinan, dan siksa kubur.” Berdasarkan hadits inilah, Syekh Ahmad Syarif menegaskan bahwa hadits ini sekalipun secara sanad lemah, bahkan mendekati palsu, tetapi secara matan atau redaksi hadits maknanya adalah benar.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement